Benarkah Teleskop Hubble dapat Digunakan untuk Melihat Hilal Awal Ramadan?

Ilustrasi: Nisrina Syifa/Bul

Menjelang awal Ramadan lalu, muncul unggahan di media sosial yang mengatakan bahwa dalam suatu wawancara, almarhum Profesor Habibie menawarkan menggunakan teleskop Hubble untuk melihat hilal sehingga pengumuman awal Ramadan dapat dilakukan sejak jauh hari. Lantas, apakah benar teleskop Hubble dapat digunakan untuk melihat hilal?

Sebelumnya, perlu kita ketahui dahulu apa yang dimaksud dengan hilal. Hilal adalah fenomena penampakan bulan sabit pertama yang terjadi setelah fase konjungsi.

Fase konjungsi merupakan kondisi ketika bulan, bumi, dan matahari berada dalam posisi sejajar akibat pergerakan rotasi dan revolusi (Jamaludin, 2018). Hilal dapat diamati di ufuk barat saat matahari terbenam. Keterlihatan hilal dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi cuaca, tingkat polusi, dan hal lain yang dapat mengganggu pandangan. Itulah sebabnya mengapa pengamatan hilal biasanya dilakukan di tempat yang rata dan mempunyai ruang pandang bebas ke arah barat.

Menurut ajaran Islam, penentuan hilal dilakukan melalui pengamatan langsung atau disebut juga dengan rukyat. Namun, kondisi alam saat ini sudah berbeda sehingga metode pengamatan langsung seringkali tidak memungkinkan. Metode hisab atau perhitungan astronomi pun semakin berkembang untuk mengatasi masalah ini. Seiring dengan perkembangan teknologi, pengamatan hilal mulai didukung dengan alat bantu, salah satunya adalah teleskop. Teleskop yang digunakan sebaiknya  memiliki diameter lensa besar sehingga dapat menangkap lebih banyak cahaya. Dilansir dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), teleskop yang digunakan untuk melihat hilal adalah teleskop yang dilengkapi dengan kamera digital dan pemroses citra image stacking. Sistem citra image stacking bekerja dengan menumpuk beberapa frame gambar sehingga kontras citra meningkat dan memperjelas penampakan hilal (www.brin.go.id).

Selanjutnya, kita juga perlu mengetahui apa itu teleskop Hubble dan bagaimana cara kerjanya. Teleskop yang dinamai mengikuti nama pelopornya, Edwin Hubble, ini merupakan teleskop luar angkasa yang mengorbit sejauh 515 km di atas permukaan Bumi. Berkat jaraknya itu, pandangan teleskop Hubble terbebas dari distorsi yang diakibatkan oleh berbagai zat di atmosfer Bumi. Ditambah dengan kecanggihan fitur optiknya yang dapat menangkap gelombang cahaya ultraviolet hingga infrared dekat, teleskop ini mampu merekam kosmos dengan jelas dan mengirim gambarnya ke Bumi melalui gelombang radio.

Sejak peluncurannya pada 2 April 1990, teleskop Hubble telah banyak berkontribusi dalam pemahaman manusia terhadap semesta. Melalui teleskop ini, para astronom dapat mengamati galaksi-galaksi di luar Bima Sakti, proses pembentukan bintang, lubang hitam, serta berbagai fenomena di antariksa.

Melalui informasi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa teleskop Hubble tidak dapat digunakan untuk melihat hilal Ramadan karena cara kerjanya yang berbeda. Pengamatan hilal harus dilakukan dari permukaan suatu wilayah, beberapa saat setelah bumi, bulan, dan matahari berada dalam posisi sejajar. Sementara itu, teleskop Hubble bekerja dengan merekam semesta sembari mengorbit 515 km di atas permukaan Bumi.

Lalu, apakah Profesor Habibie benar-benar pernah merekomendasikan teleskop Hubble untuk pengamatan hilal? Hasil penelusuran kami tidak menemukan artikel maupun video wawancara yang berisi demikian. Maka dari itu, pernyataan dalam cuitan  media sosial tersebut tidak dapat sepenuhnya dipercaya karena tidak memiliki bukti pendukung.

Referensi

Jamaludin, Dedi. (2018). Penetapan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di Indonesia. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan, 4(2): 156–171.

Yudha, A.E.P. (2017). Perancangan Observatorium Hisab-Rukyat dengan Pendekatan Ilmu Falak dan Ilmu Astronomi di Banyuwangi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

BMKG. (2022). Sistem Informasi Observasi Hilal Indonesia, dalam https://hilal.bmkg.go.id/gallery/2, diakses pada 6 Maret 2025.

NASA. (2021). Black Eye Galaxy-NGC 4826, dalam https://science.nasa.gov/image-detail/eye-in-the-sky-2/, diakses pada 6 Maret 2025.

NASA Science. (2023). The Amazing Hubble Telescope, dalam https://spaceplace.nasa.gov/hubble/en/, diakses pada 5 Maret 2025.

Humas BRIN. (2025). Menentukan Awal Bulan Hijriah: Kombinasi Ilmu Astronomi dan Rukyat dalam Penetapan Hilal, dalam https://www.brin.go.id/news/122413/menentukan-awal-bulan-hijriah-kombinasi-ilmu-astronomi-dan-rukyat-dalam-penetapan-hilal?utm, diakses pada 7 Maret 2025.

Penulis: Lili/Bul

Editor: Rangga/Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here