Bincang Karya Ilmiah: Kolaborasi SKM Bulaksumur dengan UKM Gama Cendekia dalam BulaTalk 2024

Sesi talkshow bersama Kak Resa dan Kak Anggraini/Bul

Yogyakarta, 3 November 2024 – Surat Kabar Mahasiswa (SKM) UGM Bulaksumur telah menyelenggarakan Bulatalk 2024 dengan tajuk “Karya Ilmiah di Mata Publik: Tantangan dan Peran Media” di Auditorium Biologi Tropika, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini berlangsung selama lima jam, mulai dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. BulaTalk merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan sebagai bentuk peningkatan mutu awak SKM Bulaksumur serta menambah wawasan publik mengenai tantangan dan peran media dalam menyebarkan informasi mengenai karya ilmiah. Pada kesempatan kali ini, SKM Bulaksumur bekerja sama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Gama Cendekia yang bergerak dalam bidang penelitian. Kolaborasi antara SKM Bulaksumur dan UKM Gama Cendekia bertujuan untuk melihat tantangan tersebut dari dua sudut pandang, yakni sudut pandang pers dan peneliti sesuai dengan tema yang diangkat.  

Kegiatan BulaTalk dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi Talkshow dan sesi Diskusi Panelis. Sesi Talkshow dibuka dengan bincang antara dua narasumber yang mewakili pandangan jurnalis dan peneliti. Pada kesempatan kali ini Bulatalk menghadirkan Resa Eka Ayu Sartika (Editor Sains Kompas.Com) perwakilan jurnalis dan Anggraini Ihza Rizkita (peneliti dari UKM Gama Cendekia) selaku perwakilan peneliti sebagai narasumber. Bincang antara kedua narasumber tersebut dipandu oleh Zulfa Nur Isnaini selaku moderator Sesi Talkshow.

Moderator membuka perbincangan dengan menggali pendapat narasumber mengenai karya ilmiah yang sering mengalami misinterpretasi dari masyarakat. Kedua narasumber sepakat, misinterpretasi tersebut disebabkan oleh penggunaan bahasa yang sulit dipahami. Tantangan tersebut melahirkan solusi berupa kolaborasi antara peneliti dan jurnalis guna penyampaian informasi dari karya ilmiah dengan bahasa yang lebih sederhana. Namun, tetap mempertahankan makna yang sebenarnya untuk mencegah kesalahan tafsir. 

“Karya ilmiah biasanya menggunakan bahasa dan istilah ilmiah yang sulit dimengerti” jelas Resa. Sejalan dengan hal tersebut, Anggraini mengusulkan penggunaan gambar untuk menjelaskan suatu informasi. Menurutnya penggunaan gambar membantu masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap informasi dalam karya ilmiah. Menanggapi hal itu, Resa menawarkan alternatif berupa penggunaan teknik penulisan untuk menggambarkan informasi dengan perumpamaan sederhana. 

Sesi Diskusi Panelis dengan Kak Liliana dan Kak Jane/Bul

Sesi kedua dibawakan oleh dua panelis dari mahasiswa yang aktif menjadi pelaku serta pemerhati pers dan isu-isu ilmiah, mereka adalah Liliana Annisa Nonaningsih (SKM UGM Bulaksumur) dan Jane Anggun (UKM Gama Cendekia). Kedua panelis akan mengungkap pandangannya terkait dengan peran media dalam menyebarkan informasi mengenai karya ilmiah. Masing-masing dari mereka akan mewakili pandangan dari jurnalis dan peneliti. Bincang dalam sesi kedua ini dimoderatori oleh Audreysia Kayla Intan Putri Pramesti (UKM Gama Cendekia).

Diskusi dibuka dengan pertanyaan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh kedua panelis sebagai seorang jurnalis dan peneliti di masing-masing UKM yang telah mereka ikuti. Ternyata, terdapat adanya keterkaitan yang terjalin antara kegiatan yang mereka lakukan. Liliana mengungkapkan bahwa banyak produk tulisan divisinya yang menggunakan karya ilmiah sebagai referensi, contohnya produk cek fakta. Karya ilmiah menjadi salah satu sumber rujukan bagi produk-produk tulisan mereka untuk memperkuat gagasan-gagasan yang mereka utarakan. 

Diskusi kemudian berlanjut dengan pertanyaan mengenai eksistensi karya ilmiah di mata publik dan bagaimana cara publik memandang karya ilmiah. Dalam kacamatanya, Liliana mengungkap bahwa karya ilmiah belum diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, “Karya ilmiah masih jadi sesuatu yang kesannya eksklusif untuk peneliti dan akademisi. Masyarakat bahkan mungkin tidak tahu apa itu karya ilmiah. Karya ilmiah masih dipandang sebagai hal asing yang berada di luar dunia mereka. Padahal, pengetahuan dari karya ilmiah mungkin saja dapat mempermudah hidup mereka.”

Melalui tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Liliana dan Jane selaku mahasiswa yang berkecimpung di bidang pers dan penelitian, mereka menyadari bahwa tantangan tersebut tidak dapat mereka selesaikan sendirian. Perlu adanya kolaborasi aktif antara kedua belah pihak. “Kolaborasi yang kami lakukan bisa berupa kerja sama media partner. Setelah melakukan penelitian, UKM Gama Cendekia memberikan hasil penelitiannya kepada pihak jurnalistik. Hasil penelitian akan diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat dipahami oleh masyarakat awam sekalipun,” jelas Jane. Liliana menambahkan bahwa jurnalis harus punya akses ke peneliti atau orang-orang yang terlibat dengan penelitian. Dengan begitu, jurnalis bisa melakukan wawancara secara langsung, tidak hanya mengandalkan informasi dari literatur tertulis. 

Jane menutup diskusi dengan mengutarakan harapan bersama agar masyarakat dari berbagai lapisan dapat lebih familiar dan mudah memahami informasi-informasi ilmiah. “Informasi-informasi ilmiah ini tentunya akan sangat berguna karena dengan informasi, kita punya peluang untuk mengubah kehidupan,” tambah Liliana. 

Bulatalk 2024 oleh SKM UGM Bulaksumur yang berkolaborasi dengan UKM Gama Cendekia ini diharapkan bisa menjadi wadah diskusi bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang jurnalistik maupun penelitian di lingkup UGM. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat menjadi jembatan bagi keduanya untuk bisa lebih menyuarakan isu-isu ilmiah melalui tulisan sehingga publik dapat mengetahui secara lengkap bagaimana tulisan ilmiah berpeluang untuk dapat mengubah kehidupan. Zainuddin Muda Z. Monggilo (Pembina SKM UGM Bulaksumur) pun mengatakan bahwa kegiatan rutin ini akan terus ditingkatkan sehingga bisa memberi kemanfaatan yang lebih luas lagi. 

Penulis : Aulia Salma, Naila Alfi/Bul

Editor : Zulfa Nur/Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here