Yogyakarta (10/9) – Dengan mengusung konsep talkshow, acara kolaborasi antara Narasi, Grab Indonesia, dan UGM, #GenerasiCampus Roadshow! berhasil menggaet mahasiswa dari berbagai universitas untuk bertukar pandangan dalam meluruskan perspektif terkait generation gap. Acara yang mengusung tema “Across Generation, One Conversation” ini menghadirkan tiga narasumber ternama yang berasal dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda. Perbedaan tersebut melahirkan tiga sudut pandang yang berbeda pula, Najwa Shihab dengan bidang jurnalistiknya, Nicholas Saputra dengan perannya sebagai aktor, dan Dee Lestari dari sisi penulis dan musisi. Walaupun acara digelar pada siang hari, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi mahasiswa untuk hadir dan meramaikan di Grha Sabha Pramana (GSP).
Salah jurusan
Pertanyaan mengenai relevansi latar belakang pendidikan dan profesi dilontarkan pertama kali oleh host, Dara Sarasvati, sebagai pemantik diskusi siang itu. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan dan profesi ketiga narasumber, topik pertama diskusi ini menjadi semakin seru. Meski demikian, ketiga narasumber mengemukakan berbagai jawaban dengan kesimpulan yang hampir sama. Najwa Shihab yang akrab disapa Mbak Nana, dengan tegas menjawab bahwa ia tidak salah dalam mengambil jurusan. “Jadi, saya tidak salah jurusan, yang saya pilih ketika saya mahasiswa adalah apa yang saya minati dan saya percaya bahwa saya bisa maksimal dalam berkontibusi ketika saya melakukan profesi apapun.” ia percaya bahwa apapun pilihan profesi yang dijalaninya, kontribusi di bidang hukum yang telah ia ambil dan perjuangkan sejak jadi mahasiswa tidak akan berubah. Pada akhirnya, seseorang akan menemukan sendiri jalan hidupnya dan mengungkap benang merah dari pertanyaan-pertanyaan di hidupnya. “Somehow, you’ll find the way. Somehow along the road, kita akan melihat garis merahnya, dan ternyata ini memang jalan yang harus kita ambil,” tambah Dara dalam menanggapi jawaban dari Mbak Nana.
Dee Lestari turut menjelaskan relevansi antara latar belakang pendidikannya pada jurusan Hubungan Internasional dengan profesinya sebagai penulis. Ia mengungkapkan bahwa kemampuannya dalam menulis sangat diuji saat berkuliah karena sebagian besar tugas kuliah mengharuskannya untuk mempunyai kemampuan menulis. “Jadi itu my big takeaway dari saya, berhasil merampungkan kemahasiswaan saya menjadi sebuah titel, bukan soal titelnya. Tapi, bagaimana saya mampu mengatasi berbagai tantangan, ketidaksukaan, ketidakbetahan, pertanyaan mengenai am I doing the right thing, ini gue tersesat atau enggak? Tapi hari ini menjadi sesuatu yang konkret, karena dalam menulis, dalam apapun profesi kalian nanti, ini akan menjadi titik yang akan terus kalian hadapi, bagaimana berhasil merampungkan sesuatu,” jelas Dee.
Passion dan karir
Dilema tentang passion dan karir serta relevansinya dengan latar belakang pendidikan memang menjadi hal yang paling dekat dengan mahasiswa. Tak heran banyak mahasiswa yang merasa salah jurusan karena tidak sesuai dengan passion mereka. Pertanyaan tentang karir yang akan dipilih setelah lulus seolah menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa. Ketakutan tentang ilmu di kuliah yang tidak terpakai di dunia kerja seringkali muncul di benak mereka. Namun, Nicholas Saputra memiliki pendapat berbeda mengenai hal tersebut. Menurutnya, yang terpenting adalah proses, fleksibilitas dalam menemukan passion tersebut. “Ilmu yang dipelajari selama kuliah memiliki aplikasi yang bermanfaat dalam dunia kerja, meskipun mungkin bidangnya berbeda dari studi,” jelas Nicholas dan langsung disambut tepuk tangan riuh audiens.
Sejalan dengan pandangan terkait cara menemukan passion yang telah disampaikan oleh ketiga narasumber, salah seorang mahasiswa menguatkan pandangan tersebut. Nugroho Prasetya Aditama, seorang mahasiswa dari Departemen Politik dan Pemerintahan angkatan 2020 sepakat bahwa menemukan passion itu adalah perjalanan yang panjang. Menurutnya, selayaknya cinta sejati yang membutuhkan usaha dan proses yang tidak mudah dalam mendapatkannya, maka passion pun juga demikian.”Passion itu adalah cinta sejati dan cinta sejati memang perlu kita kejar dengan proses yang tidak pernah mudah,” ungkapnya. Bahkan, untuk menguatkan pendapatnya, ia mengutip kutipan dari Ki Hajar Dewantara, “Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru” untuk menegaskan terkait pembelajaran dari segala aspek kehidupan dalam menemukan passion.
Aulia, seorang mahasiswa jurusan Kimia UGM juga menceritakan pengalamannya tentang passion ketika diwawancarai oleh kami, pada Selasa (10/9) kemarin. Pada awalnya, Aulia juga merasa jurusannya tidak sesuai dengan passionnya, “Jurusan dengan passionku nggak sesuai sih, karena jurusanku kimia dan passionku menulis. Awalnya, aku merasa belum cocok dengan jurusan yang aku pilih, lama-lama aku merasa enjoy untuk menikmati hal-hal di jurusanku ini.” Hal tersebut membuktikan bahwa passion bisa ditemukan seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya, dialog yang mempertemukan antargenerasi ini memberikan banyak pembelajaran dan motivasi, serta wadah untuk bertukar pikiran dan pengalaman hidup yang saling mengisi.
Reporter : Galuh Ayu, Nana, Zulfa/Bul
Transkiptor : Naila azizah, Nana/Bul
Penulis : Naila alfi, Zulfa/Bul
Editor : Dian Fatin/Bul