Perebutkan Suara Gelanggang, Dua Calon MWA Tampilkan Wajah yang Sama

Uji publik MWA pada Rabu (14/6) di selasar Gedung Pusat UGM (foto: YouTube UGM Yogyakarta)

Menjelang tahun politik, UGM bersiap dengan memilih perwakilan mahasiswa yang baru di organ tertingginya. Namun, dua sosok yang memperebutkan posisi itu berasal dari fakultas yang sama, juga dengan konsep yang identik. Lantas, siapa yang paling tepat menempati kursi MWA UM UGM selama setahun ke depan?

Uji Publik Bakal Calon Pengganti Antarwaktu (PAW) Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (MWA UM UGM) dilaksanakan pada Rabu (14/6) di selasar Gedung Pusat UGM. Turut hadir dalam agenda tersebut Ketua Senat Akademik (Prof Dr Sulistiowati SH MHum), Direktur Kemahasiswaan (Dr Sindung Tjahyadi MHum), serta ketua atau perwakilan dari seluruh unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan lembaga mahasiswa tingkat fakultas dan sekolah di UGM.

Bakal calon hanya dari satu fakultas 

Agenda uji publik adalah rangkaian kedua dari proses pemilihan PAW MWA UM UGM yang dimulai pada awal Juni lalu. Kedua bakal calon yang telah melalui tahap seleksi berkas diberikan kesempatan untuk menyampaikan program yang mereka tawarkan dalam uji publik ini. Adapun dua bakal calon yang terlibat adalah Laksito Lintang Kinanthi dan Muhammad Farid Al Qadr. Kedua calon adalah mahasiswa Fakultas Filsafat UGM.

Ketua Senat Akademik Sulistiowati turut mengomentari dominasi Fakultas Filsafat dalam proses pemilihan PAW MWA UM UGM tahun ini. Sulis menilai, sebagian besar mahasiswa di UGM masih menganggap posisi MWA UM tidak penting dan melewatkan kesempatan untuk terlibat di dalamnya. “Sayang pendaftarnya hanya dari 1 fakultas,” ujar Sulis terkait hal tersebut. 

Rekam jejak kedua bakal calon 

Kedua bakal calon datang dari latar belakang organisasi kemahasiswaan, baik di tingkat fakultas maupun universitas. Lintang terdaftar sebagai Manajer UKM Tenis Lapangan UGM serta Ketua HUT Gelanggang tahun 2022. Di samping itu, ia juga berpartisipasi sebagai Sekretaris Jenderal Badan Kelengkapan (BK) MWA UM UGM dan bagian Divisi Acara pada Aksi UGM Mencari B(Z)akat tahun 2023. 

Sedangkan, Farid terdaftar sebagai pengurus aktif di UKM E-sports UGM. Ia menjabat sebagai Kepala Bidang Perusahaan dan Keorganisasian di UKM termuda di UGM itu. Farid juga sempat menempati posisi sebagai Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa Fakultas Filsafat, Ketua Umum Forum Seni dan Budaya Retorika Fakultas Filsafat, dan Staf Artistik serta penulis di Biro Pers Mahasiswa Filsafat (BPMF) Pijar.

Keterlibatan dalam BK MWA UM UGM digunakan Lintang untuk menempatkan dirinya sebagai bakal calon yang tepat. “Saya paham betul bagaimana dinamika dalam berkoordinasi antarormawa,  bagaimana berdinamika antarlembaga, bagaimana berkoordinasi dalam ruang lingkup BK, bagaimana dinamika yang ada dalam sebuah sistem,” ujar Lintang.

Merespons pernyataan tersebut, Farid menyatakan keyakinannya bahwa organ MWA UM UGM terbuka bukan hanya bagi anggota badan kelengkapannya saja, tapi mahasiswa secara umum. “Sesuai yang disampaikan Mas Tugus (MWA UM UGM 2022/2023 -red) tahun lalu saat pemaparan grand design terkait transfer of knowledge, dalam hemat saya transfer of knowledge itu tidak hanya untuk internal badan kelengkapan, tapi untuk mahasiswa secara umum,” ucap Farid. 

Konsep identik dua bakal calon 

Meski menggunakan bingkai yang berbeda, kedua bakal calon menawarkan konsep yang identik. Dalam pemaparannya, Lintang menggunakan jargon “Ruwat Rawat” yang dimaknai sebagai ide untuk memperbaiki beberapa hal di tengah dinamika yang tengah berlangsung. Sebagai lanjutan, Lintang menjabarkan ide tersebut ke dalam enam buah isu. Keenamnya adalah pengelolaan dari GIK (Gelanggang Inovasi dan Kreativitas), pengelolaan fasilitas kerohanian, sistem UKT baru, Dana Abadi, rencana kerja anggaran tahunan (RKAT) UGM 2024, dan UGM dan Pemilu 2024.

Mengamini Lintang, Farid juga menyorot isu-isu yang sama dalam pemaparannya. Namun, Farid juga menyorot fasilitas penunjang penyandang disabilitas dan unit layanan kesehatan mental dan penanganan kekerasan seksual. Kedua isu tersebut berkaitan dengan jargon “ruang mahasiswa dan ruangnya mahasiswa” yang diusungnya. Di samping pengawalan isu, Farid juga menjabarkan jargon yang ia ajukan dalam bentuk ekosistem penjaringan isu dan advokasi. Dalam ekosistem itu, Farid menegaskan bahwa MWA UM mendampingi elemen-elemen mahasiswa lainnya untuk mengawal dan memperjuangkan isu. 

Penulis: Ari/ Bul 

Editor: Angga/ Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here