
Judul Film : A Silent Voice
Sutradara : Naoko Yamada
Penulis Cerita : Yoshitoki Oima
Genre : Drama/Roman
Rating: 9/10
Durasi: 130 menit
Studio: Kyoto Animation
Tahun Tayang: 2017
“If only I were gone… I am sorry.” –Nishimiya Shouka
“I want Nishimiya to come to love herself” –Ishida Shouya
Bagi penggemar anime, film Silent Voice (Koe No Katachi) pastinya sudah tidak asing lagi. Film anime ini merupakan garapan studio Kyoto Animation (2016) dan diadaptasi dari manga yang berjudul sama karya Yoshitoki Oima. Film ini menceritakan kisah yang berfokus dengan masalah psikologi tokohnya. Terdapat dua tokoh utama dalam film ini, yaitu Nishimiya Shouko yang merupakan gadis tuli dan Ishida Shouya seorang laki-laki yang merupakan teman sekelas Shouko.
Cerita ini berawal dari Shouya yang sudah menjadi siswa SMA ingin melakukan bunuh diri dengan melompat dari jembatan. Kemudian, cerita kembali mundur pada masa Shouya sekolah dasar. Seorang gadis tuli bernama Nishimiya Shouko menjadi siswa baru di sekolah dasar tempat Shouya bersekolah. Shouya yang bosan dengan kehidupan sekolahnya merundung Shouko. Singkat cerita, Shouko akhirnya pindah sekolah karena perundungan yang terus terjadi. Di sisi lain, Shouya yang ketahuan menjadi perundung balik dirundung oleh teman-temannya. Namun, tidak ada guru yang mengetahuinya. Shouya yang dirundung merasa dirinya pun berubah menjadi penyendiri dan kaku sejak saat itu. Hingga suatu ketika Shouya bertemu kembali dengan Shouko. Usaha Shouya untuk menebus kesalahannya dengan menjalin pertemanan dengan Shouko pun dimulai.
Film ini berusaha menggambarkan kehidupan seorang tuli, yaitu Shouko yang berbeda dengan teman-teman di sekitarnya. Kekurangan Shouko tersebut membuatnya kesulitan mendapat teman yang tulus dan setia. Shouko hanya memiliki keluarganya. Selain itu, film ini juga menggambarkan penyesalan dan keinginan untuk bertobat oleh pelaku bullying—Shouya. Lebih dari itu, film ini ingin mengajak penontonnya untuk mudah memberikan kesempatan kedua. Dalam aspek psikologis pribadi, film ini memberikan pengajaran kepada setiap orang untuk mencintai diri sendiri apapun kondisinya. Mencintai diri sendiri dalam film ini adalah dengan mudah memaafkan diri sendiri. Shouko dan Shouya sama-sama menunjukkan ketidakcintaan kepada diri mereka sendiri. Shouko merasa dirinya penghambat bahagia dalam keluarganya. Sementara itu, Shouya yang menyesali perbuatannya semasa sekolah dasar, menghukum dirinya sendiri dengan merasa pantas dikucilkan, bahkan mati. Keduanya sama-sama tidak dapat memaafkan diri sendiri.
Film ini juga memperlihatkan perspektif baru yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh pendamping, yaitu teman-teman Shouya, ibu Shouya, adik Shouko, dan ibu Shouko. Perspektif baru yang disajikan adalah pandangan tokoh-tokoh tersebut terhadap Shouko. Pandangan tersebut salah satunya adalah bahwa kelemahan tidak seharusnya membuat penyandangnya merasa boleh untuk berlaku egois. Egois untuk hanya memperhatikan perasaan diri sendiri.
Secara garis besar, film ini cocok bagi penonton yang tertarik dengan isu-isu psikologis. Isu-isu yang bersinggungan dengan mencintai diri sendiri dan hubungan pertemanan.
Penulis: Decika Syahda Maharani/ Bul
Editor: Iona Fahriyah Odilla/ Bul