Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu universitas di Indonesia yang menyelenggarakan program penerimaan mahasiswa asing. Sebagai penyelenggara pendidikan, tentunya fasilitas menjadi hal utama demi menunjang kenyamanan mahasiswa, baik mahasiswa lokal maupun mahasiswa asing, dalam kegiatan belajar mengajar. Bagaimana fasilitas-fasilitas tersebut dapat mendukung kegiatan belajar serta memberi kesan positif bagi mahasiswa? Ini kata mereka!
Fasilitas penunjang kesuksesan belajar mahasiswa
Fasilitas-fasilitas di UGM di antaranya perpustakaan pusat, perpustakaan fakultas, Wisdom Park, Gadjah Mada Medical Center, dan beberapa fasilitas-fasilitas gratis lainnya. Fasilitas tersebut tidak hanya dinikmati oleh mahasiswa lokal UGM, tetapi juga mahasiswa asing program pertukaran. Salah satunya Jongpil Kim, mahasiswa asing asal Korea Selatan yang mengikuti program pertukaran untuk belajar mengenai bahasa dan budaya Indonesia. Jongpil mengaku fasilitas yang disediakan UGM sudah mencukupi kebutuhan mahasiswa dan cukup menunjang kegiatan pembelajarannya.
“Sebenarnya, perpustakaan di sini lebih besar dibanding kampusku. Aku biasanya mengerjakan PR di sana, di sana nyaman,” tutur Jongpil saat diwawancara pada Kamis (23/3). Sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, ia merasa semua kebutuhannya terpenuhi dari sisi fasilitas umum untuk mahasiswa.
Jongpil juga menambahkan bahwa ia cukup terkejut dengan fakta bahwa setiap program studi di FIB UGM memiliki perpustakan-perpustakaan kecil yang disediakan oleh pihak fakultas. Hal tersebut dibandingkannya dengan Korea Selatan yang jarang sekali terdapat fasilitas selengkap itu.
Selain perpustakaan, Wisdom Park merupakan tempat favorit Jongpil untuk menghabiskan waktu selain kuliah, seperti jogging atau sekadar jalan-jalan santai. Terkadang ia juga suka mencari binatang liar seperti katak. Menurutnya, fasilitas taman ini sangat menarik karena di universitas asalnya tidak didapati fasilitas demikian.
Tak hanya Jongpil, Niina Yoshizaki juga turut menyampaikan pendapatnya mengenai fasilitas perkuliahan di UGM. Sama seperti Jongpil, Niina juga merupakan mahasiswa internasional di FIB UGM dengan fokus pada pembelajaran Bahasa dan Budaya Indonesia. Ia memilih UGM karena terletak di Yogyakarta yang menjadi sentral kebudayaan Jawa di Indonesia.
Lingkungan belajar yang mendukung
Selain fasilitas yang disediakan, Niina merasa lingkungan belajar di UGM sangat mendukungnya dalam kegiatan belajar. Baginya suasana kegiatan belajar dan mengajar di UGM terasa lebih hidup dan memberikan angin segar untuknya. Sementara di negara asalnya, Jepang, kebanyakan mahasiswa akan bertanya ketika kelas sudah berakhir.“Mahasiswa UGM lebih aktif bertanya. Kalau di Jepang, ketika dosen bertanya ‘apakah ada yg bertanya?’ Mahasiswa di sana hanya diam,” ujar Niina.
Akan tetapi, di balik suportifnya lingkungan belajar di UGM, terdapat beberapa kendala hingga tidak maksimalnya kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Salah satu kendala itu datang dari dosen yang seringkali terlambat dan mengubah jadwal pertemuan dengan mahasiswa. “Aku pernah sudah sampai di FIB, tetapi dosennya tiba-tiba mengabarkan kalau kelas diganti online,” Niina menambahkan.
Kritik untuk fasilitas yang lebih baik
Terlepas dari fasilitas-fasilitas yang sudah menunjang kegiatan belajar mengajar, ruang untuk perbaikan selalu terbuka luas. Seperti yang disampaikan oleh Niina, tak hanya mahasiswa saja yang diharapkan ketepatan waktunya, namun untuk para dosen juga diharapkan ikut disiplin dalam melaksanakan kelas sesuai dengan jadwal yang tertera.
Selain itu, Jongpil juga memberikan masukannya tersendiri. Kantin Bonbin yang seringkali ramai dan penuh, membuatnya berharap ada tambahan beberapa unit kursi dan meja sebagai sarana fasilitas umum. Seringkali ketika ia mengunjungi Kantin Bonbin, tak jarang ia tidak mendapati kursi untuk duduk.
Kesan pesan
Bagi Jongpil berkuliah di UGM merupakan sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Selama berkuliah Jongpil merasa enjoy dan diterima oleh orang-orang di lingkungan kampus. Ia merasa orang-orang di sekitarnya sangat passionate, warm hearted, dan suka membantu. Alasan lainnya adalah rasa nyaman dari sisi ekonomis yaitu terkait harga barang di Indonesia yang relatif lebih murah dibandingkan di Korea sehingga Jongpil dapat banyak membeli makan di sini. Jongpil berterima kasih kepada UGM khususnya FIB UGM karena telah menerimanya dan memberinya kesempatan untuk menuntut ilmu di sini. “Aku akan merekomendasikan UGM karena aku suka vibes disini,” tambah Jongpil.
Hal yang sama juga dirasakan Niina saat merasa keputusannya memilih berkuliah di UGM adalah keputusan yang tepat. Baginya mempelajari bahasa dan budaya lain sudah terlalu mainstream, tidak dengan bahasa dan budaya Indonesia. Selain itu, ia juga dengan senang hati akan merekomendasikan teman-temannya untuk ikut pertukaran pelajar ke UGM. “Mungkin nanti kalau aku sudah kembali ke Jepang, aku ingin kapan-kapan lagi main ke UGM”. tambahnya juga melengkapi kesannya mengenai berkuliah di UGM selama kurang lebih dua semester.
Penulis: Kaisya, Meitri, Winda, Decita/Bul
Editor: Nisa/Bul