Susah Senangnya Jadi Komika, Nyari Jokes Itu Nggak Gampang!

Foto: Dokumentasi Pribadi Rakai

Jika mendengar kata stand up comedy, siapa sosok pertama yang akan muncul di pikiran kalian? Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, atau Bintang Emon? Eitss, di UGM, kita juga punya sejumlah komika keren yang tergabung dalam Stand Up Comedy UGM. Salah satu komika tersebut adalah Rakai Waskitaning Prabu (FIB ‘19), mahasiswa Sastra Jawa yang kerap mengeluh perkara jurusannya dalam materi yang ia bawakan. 

16 besar nih, senggol dong!

Sudah banyak pengalaman yang Rakai lalui selama menggeluti dunia stand up. Ia pernah mengikuti beberapa kompetisi, bahkan salah satu di antaranya bertaraf nasional yang diadakan oleh JEBREEETmedia TV. Pada kompetisi bertajuk Stand Up Bolahraga League itu, Rakai berhasil masuk ke babak 16 besar. 

Terkait job stand up, Rakai mengaku belum menerima banyak. Meskipun begitu, ia sering dipanggil menjadi juri stand up, salah satunya Dies Natalis FIB UGM. Sebagai komika aktif di Stand Up Comedy UGM, Rakai juga ikut mengelola komunitas tersebut dan mengungkapkan jika ada rencana untuk mengadakan acara tahunan komunitas. “Tetapi, masih belum tahu karena tahun ini juga jadwal stand up itu lumayan padat,” ujarnya. 

Rakai mengaku bahwa kegiatan open-mic selalu full-booked dan ramai peminat. Ia dan teman-teman stand up-nya di Jogja sering melakukan open mic dari kafe ke kafe. “Hampir seluruh stand up di Indonesia itu kemungkinan besar diadakan di kafe karena itu tempat yang paling enak untuk open mic,” papar Rakai dari segi kenyamanan dan fasilitas yang memadai. 

Susahnya nyari jokes 

Sebagai anak baru di dunia stand up comedy, Rakai mengatakan bahwa mencari jokes adalah sesuatu yang sulit dan kadang mencari tawa itu perlu peruntungan. “Terkadang ada premis yang ketemu lucunya gampang dan ada juga yang sulit, tergantung keberuntungan,” ujarnya. 

Proses menulis materi juga tidak selalu berjalan mulus karena ia sering merasa kesulitan, membutuhkan comedy buddy untuk membuka sudut pandang yang berbeda dan waktu yang tidak singkat. Waktu tercepat yang dibutuhkannya untuk menulis materi adalah dua sampai tiga hari. Bahkan, ia mengaku jika sampai wawancara ini dilakukan, masih ada premis yang belum selesai ia kerjakan, padahal ia sudah coba tulis selama setahun lebih. 

Sosok inspiratif versi Rakai 

Pemikiran-pemikiran dari beberapa komika telah memberi inspirasi bagi Rakai selama ini. Beberapa sosok komika itu adalah Pandji Pragiwaksono, Adriano Qalbi, dan Uus. Rakai menyampaikan bahwa yang paling disukainya adalah show oleh Adriano Qalbi. “Karena beliau memiliki sudut pandang yang tajam, majas yang dipakai kena dan masuk semua, dan beliau juga terkenal dengan sebutan Bapak Podcast Indonesia,” papar Rakai.

Ia mendapatkan sudut pandang berbeda dalam melihat setiap fenomena, objek, dan hal lainnya. Tidak hanya itu, materi dan obrolan dari para komika juga memberikan ilmu baru baginya. Bahkan, Rakai menyatakan jika pintu menuju dunia yang sebelumnya tidak diketahui dapat dibuka dengan mendalami stand up comedy

Jokes agama dari kacamata seorang komika 

Rakai menyatakan bahwa kaitan agama dalam candaan bukanlah hal sensitif di lingkungannya. “Kalau di tongkrongan stand up sendiri, jokes agama itu biasa ya, karena kita udah kenal sih,” ujar Rakai. Di lingkungan teman-teman yang lain pun,  berlaku hal yang serupa. “Bukan karena anak stand up atau nggak stand up-nya,” tambahnya. 

Rakai berpendapat tidak ada batasan dalam komedi karena semua komika berhak membuat jokes apapun, asalkan bisa dipertanggungjawabkan. “Yang membatasi komedi itu ya komikanya,” ungkapnya.  

Melalui Rakai, dapat dipahami bahwa stand up comedy tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana berkomunikasi dan menambah wawasan. Namun, adakalanya “sarana” tersebut menemui hambatan, selayaknya para komika di atas panggung yang terkadang mendapat kritikan, mengingat beberapa candaan memang dapat terdengar ofensif bagi sebagian orang. 

Namun, dalam pandangan Rakai, ketersinggungan tersebut seharusnya dapat dijauhi oleh para pendengar karena pada dasarnya tujuan komika melakukan stand up comedy hanya untuk membuat orang-orang yang mendengar tertawa. “Tidak apa-apa jika merasa tersinggung atau marah, tetapi jangan melampiaskannya dengan cara yang kasar, sebaliknya, dengan media diskusi akan lebih baik,” tambah Rakai.

Pada akhir obrolan, Rakai berujar bahwa Stand Up Comedy UGM membuka pintu bagi mereka yang ingin bergabung dengan komunitas, sekadar bertanya mengenai stand up, atau menonton Sanmur (Stand Up Aliansi Negeri Bulaksumur). Segala informasi mengenai komunitas Stand Up Comedy UGM dapat dilihat melalui akun Instagram resmi mereka yaitu @standupindo_ugm.

Penulis: Angga, Winda, Yoni/ Bul

Editor: Langit/ Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here