Kericuhan Suporter di UGM: Sebuah Kewajaran atau Pekerjaan Rumah yang Perlu Dibereskan?

Ilus : Rina/ Bul
Ilus : Rina/ Bul

Pekan Olahraga dan Seni Universitas Gadjah Mada (Porsenigama) 2022 berhasil digelar kembali secara luring setelah dua tahun terhambat pandemi. Mengusung tajuk “Bahtera Abhipraya”, pertandingan telah berlangsung pada 16 Oktober hingga 27 November 2022 lalu. Kali ini, Porsenigama melombakan 21 cabang olahraga dan 8 tangkai seni untuk memperebutkan 1099 medali.  Dalam segala proses panjang pelaksanaan, satu hal yang menjadi sorotan adalah kericuhan suporter yang hampir terjadi bak tradisi. 

Kejadian berulang 

Kericuhan seakan menjadi sebuah hal yang turun menurun tiap tahun di Porsenigama. Dilansir dari balairungpress.com dalam artikel “Gara-Gara Spanduk, Teknik-Vokasi Bentrok”, kericuhan antara suporter Fakultas Teknik dan Sekolah Vokasi terjadi pada tahun 2014 sebelum pertandingan final hoki putra yang dilaksanakan pada Selasa (11/11). 

Kronologi awal dipicu spanduk bernada mengejek Suporter Fakultas Teknik atau biasa disebut Supersonik. Spanduk tersebut bertuliskan “Universitas Gadjah Mada Sekolah?” dengan kata “sekolah” yang dicoret. Akibatnya, beberapa suporter dari Sekolah Vokasi yang biasa disebut Garasi terprovokasi. Menurut Garasi, tulisan tersebut memiliki arti bahwa Sekolah Vokasi UGM tidak dianggap keberadaannya. 

Akhirnya, timbul saling lempar antarsuporter tersebut, dari melempar botol plastik hingga conblock. Puncak kericuhan terjadi karena salah satu anggota Supersonik mengalami luka sehingga menimbulkan rasa tidak terima dari anggota lain. Bentrok pun tak terelakkan lagi. Panitia Porsenigama sampai kewalahan sehingga SKKK (Satuan Keamanan dan Keselamatan Kampus) dan Polres Bulaksumur harus turun tangan guna melerai pertikaian.

Kejadian lain terjadi pada salah satu suporter Fakultas Filsafat UGM (biasa disebut Philoscontong) yang disentuh perutnya oleh salah satu suporter Fakultas Teknik (Supersonik). Artikel dari Mojok.co berjudul “Sisi Gelap Kultur Suporter Porsenigama UGM” menjelaskan bahwa salah satu Philoscontong memukul mundur beberapa Supersonik akibat tindakan iseng salah satu temannya. 

Sebelum kejadian, kedua suporter sudah saling melempar ejekan untuk menjatuhkan mental. Keadaan memburuk karena beberapa Philoscontong dalam kondisi setengah sadar akibat meminum minuman beralkohol. Dengan demikian, adu jotos tak terhindarkan antarsuporter. Sayangnya, tulisan dari mojok.co tidak mencantumkan tahun kejadian tersebut.

Terjadi lagi 

Di Porsenigama 2022, kericuhan antarsuporter kembali terjadi antara suporter Fakultas Kehutanan (Kapak Rimba) dan suporter Fakultas Peternakan (Ongoligans). Terkait hal ini, Dr. Sindung Tjahyadi M. Hum selaku Direktur Kemahasiswaan UGM memberikan keterangan bahwa kericuhan antarsuporter terjadi pada Kamis (27/10) setelah berlangsungnya cabang olahraga voli. Pemicu diduga berkaitan dengan pertandingan cabang olahraga sebelumnya, yaitu softball. Menurut kesaksian dari Direktur Kemahasiswaan, kericuhan terjadi di arena pertandingan softball pada Senin (24/10). 

Wakil Dekan Fakultas Peternakan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, Ir., S.Pt., M.Sc. Ph.D., IPM., ASEAN Eng. memberikan pernyataan serupa bahwa terjadi pemukulan di lapangan softball. Namun, kejadian ini berhasil diselesaikan oleh kedua pihak yang bersangkutan. “Itu sudah selesai karena sudah dipertemukan orang-orangnya, yang mukul dan dipukul udah ditemukan dan dimediasi, didamaikan. Selesai,” papar Dhoni. 

“Kira-kira jam sebelum Magrib lah, di depan GOR dekat angkringan, semua selesai,” tambah beliau dalam memaparkan estimasi waktu terselesaikannya perselisihan. Namun, upaya damai melalui mediasi tersebut tidak menyebabkan permasalahan selesai. Pada malam hari, sempat terjadi kericuhan lagi di kawasan utara Kehutanan. Kejadian ini tidak diketahui siapa provokatornya, tetapi mengakibatkan ketegangan antarsuporter kembali naik. 

Kapak Rimba menduga bahwa provokator berasal dari pihak Ongoligans. Hal tersebut mendasari kedatangan Kapak Rimba menuju Fakultas Peternakan untuk meminta audiensi. Audiensi kemudian dilaksanakan pada hari Selasa, sayangnya pelaku belum bisa diidentifikasi karena kurangnya bukti. 

Dwiko Budi Permadi, S.Hut., M.Sc., Ph. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kehutanan menjelaskan bahwa sulit untuk mengidentifikasi provokator ketegangan tersebut lantaran keributan berlangsung di malam hari. CCTV tidak bisa menangkap dengan jelas pelaku. “Secara CCTV juga nggak bisa, nggak jelas, secara identifikasi orang secara langsung juga nggak teramati,” jelasnya. 

Audiensi yang hanya menghasilkan status quo memunculkan kericuhan kembali pada Kamis (27/10). Hari itu dilaksanakan pertandingan voli yang mempertemukan Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Meskipun pihak Ditmawa dan panitia sudah melakukan tindakan preventif untuk meminimalisasi terjadinya gesekan tersebut, kericuhan tetap terjadi. “Suporter dari dua tim yang berhadapan di GOR ini kami sudah atur; yang satu ke utara dan yang satu ke selatan,” papar Direktur Kemahasiswaan. Tujuannya sederhana, supaya tidak ada gesekan antara kedua suporter. Di lain sisi, pintu masuk dan keluar yang sudah dipisah tidak dapat menghalau keributan terhindar karena ada pihak suporter mengejar suporter lain yang sudah meninggalkan tempat terlebih dahulu. 

Kericuhan yang terjadi pada hari Kamis itu pecah setelah pertandingan voli selesai. Berdasarkan keterangan yang didapat dari  Dhoni, kelalaian dari sistem keamanan yang ada di GOR menyebabkan rombongan Kapak Rimba lolos begitu saja dan menyerbu Fakultas Peternakan sampai menimbulkan beberapa kerusakan. Kejadian pukul-memukul sempat terulang, tetapi kericuhan ini berhasil dihentikan oleh komandan PK4L, Direktur Kemahasiswaan, dan sebagian panitia hingga akhirnya terjadi negosiasi.

Untuk meredakan suasana dan menghindarkan kejadian serupa terulang, kedua belah pihak melakukan mediasi yang ditengahi oleh Forkom, pembina Forkom, panitia Porsenigama, dan PK4L. Akibat kerusuhan tersebut, Dekan Fakultas Kehutanan juga sempat menarik keikutsertaan tim Fakultas Kehutanan dalam semua kegiatan Porsenigama 2022. Penarikan tim Fakultas Kehutanan ini disampaikan melalui surat yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kehutanan pada 28 Oktober 2022. 

Menurut Dwiko, keputusan ini menjadi kebijakan shock therapy untuk mendidik mahasiswa Fakultas Kehutanan dan mengharapkan pengertian dari mereka untuk menerima keputusan tersebut. “Di kalangan kami sebenarnya tidak mengharapkan suporter yang fanatik dengan fakultas ya sehingga ke depan mungkin perlu dipikirkan ulang bagaimana suporter yang baik dalam konteks Porsenigama itu,” jelas  Dwiko. Sebagai respon, mahasiswa Kehutanan melakukan negosiasi dengan pihak fakultas terkait. Setelah diadakan diskusi, pihak Fakultas Kehutanan mengeluarkan kebijakan untuk mengikutsertakan kembali tim Kehutanan, tetapi tanpa suporter. 

Selain itu, masih buntut dari kericuhan suporter, panitia Porsenigama mengeluarkan surat putusan yang menyatakan penonton dan suporter dari Fakultas Kehutanan dan Fakultas Peternakan tidak diizinkan untuk ikut serta rangkaian Porsenigama 2022 selama putusan sanksi belum dikeluarkan komite pada 31 Oktober 2022. Komite ini sendiri terdiri dari Forkom, Pembina Forkom, dan PK4L, menurut penuturan dari Direktur Kemahasiswaan. 

Respon berbagai pihak 

Menanggapi kericuhan suporter tahun 2022 ini, terutama yang terjadi antara Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan, Dhoni menyampaikan pandangannya bahwa memang tidak pernah ada pembicaraan serius terkait manajemen suporter di level UGM. “Menurut saya harus ada koreksi cara pandang terhadap suporter itu, bagaimana suporter mengelola dirinya sendiri dan bagaimana berinteraksi antarsuporter.” 

Bagaimana kultur suporter yang saling menjelek-jelekkan dianggap wajar oleh sebagian kalangan diceritakan pula oleh Dhoni. Namun, ia sendiri mengaku jika tidak mewajarkan hal tersebut dan perlu adanya pelurusan. Wakil Dekan Kehutanan ini juga menambahkan bahwa seharusnya panitia mempunyai komite untuk menegakkan disiplin dan mempelajari tentang mitigasi konflik. “Kayaknya panitia Porsenigama ini, menurut perspektif saya ya, itu tidak ada atau belum ada peta jalan untuk mitigasi konflik,” ujarnya. 

Selain itu, Dhoni menyatakan bahwa Fakultas Peternakan menerima segala keputusan dari panitia dan pihak yang menyelenggarakan Porsenigama. “Selama porsenigama aman ya insyaallah aman. Kita juga menerima itu, menerima segala putusan karena kita mencoba atau kita belajar untuk berbesar hati untuk kepentingan yang lebih besar,” ujarnya. Namun, ia menggarisbawahi bahwa proses pengambilan tindakan atas terjadinya kericuhan harus dilakukan secara adil. 

Pihak Ditmawa menyatakan bahwa pihaknya ikut mendampingi, tetapi menjaga jarak karena untuk tingkat-tingkat tertentu mereka tidak bercampur tangan. “Karena tujuan dari acara seperti itu tu belajar organisasi, belajar komunikasi,” ujar Direktur Kemahasiswaan. Selain itu, pihak panitia sendiri tidak berkenan untuk memberikan keterangan terkait peristiwa yang terjadi ketika dimintai keterangan oleh tim kami. 

Antisipasi kejadian berulang 

Sebagai upaya pencegahan kericuhan suporter akan terulang, Dwiko menyatakan bahwa Fakultas Kehutanan akan mengonsolidasikan organisasi mahasiswa Fakultas Kehutanan. Selain itu, ia juga mengatakan jika Fakultas Kehutanan akan mengadakan event olahraga level fakultas untuk membina mahasiswa. “Mungkin selama ini, mahasiswa itu dibiarkan berkreasi sendiri tanpa ada arahan, kita hanya melarang, melarang, dan melarang,” ujar Dwiko, “Semakin dilarang mahasiswa juga semakin menjadi-jadi,” tambahnya. Oleh karena itu, mereka perlu mengevaluasi dan memfasilitasi aktivitas minat dan bakat yang lebih terstruktur. 

Dwiko menjelaskan juga bahwa Fakultas Kehutanan sedang merencanakan pembinaan nonakademik lebih intensif lagi. Beberapa fasilitas penunjang keolahragaan yang hilang juga menurutnya menjadi salah satu masalah yang menjadi pekerjaan rumah Fakultas Kehutanan. Selain itu, Dwiko juga mengaku jika ia akan membuka upgrading untuk pembinaan nonakademik. “Kita mengarah pada ingin lebih merekognisi kegiatan akademik ekstrakurikuler, lebih intensif lagi di tahun depan ini,” ujar Dwiko. 

Di sisi lain, Dhoni menyatakan jika Fakultas Peternakan selalu mengupayakan untuk mendampingi para suporter dari fakultas mereka. “Kalau dari Ongoligan, selama ini kita selalu melakukan atau mendampingi mereka juga, dan memang sejak awal mengedepankan itu (suportivitas -red),” ujarnya. “Mahasiswa itu kan darahnya masih muda, jiwanya masih muda, fisiknya masih kuat, saya sangat mendukung bahwa energi-energi itu harus diarahkan ke hal-hal yang positif,” papar Dhoni. “Kalau sampai ada yang hobinya tawur atau hobinya bikin konflik, berarti ada energi yang belum tersalurkan,” tambahnya. 

Penulis: Khoirida Dian, Puri Puspita, Tri Angga/ Bul 

Editor: Langit/ Bul 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here