Pemilihan Presiden Mahasiswa (Presma) menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan di UGM. Tujuannya adalah untuk menentukan satu Presma terpilih yang akan membawa dinamika BEM KM UGM selama satu periode. Salah satu tahap yang harus dilewati pada pemilihan ini adalah Debat Jilid 1 yang telah dilaksanakan pada awal bulan ini.
Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menyelenggarakan kegiatan tahunan dalam rangka pemilihan presiden mahasiswa, yakni “Debat Calon Presiden Mahasiswa Jilid 1” atau yang dikenal sebagai “Debat 1 Cakabem” pada Jumat (4/11) lalu. Kegiatan tersebut berlangsung di Balairung UGM pada pukul 13.00 WIB hingga 16.15 WIB dan terbuka untuk umum. Adapun panelis dalam debat yakni Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. dan Agung Satriyo Nugroho, S.Si, M.Sc.
Cakabem saling menyampaikan argumen
Cakabem (Calon Ketua BEM) 2022 terdiri dari Muhammad Fathur Rizqi Al-Fathir (SV’19) dengan nomor urut 1, Gielbran Muhammad Noor (Fapet’19) dengan nomor urut 2, dan Rizky Kurniawan Syah Putra (Fapet’19) dengan nomor urut 3. Dalam kegiatan ini, para cakabem dipersilakan untuk memperkenalkan diri, menyampaikan visi-misi, berargumen, dan saling mengutarakan pendapat ataupun pertanyaan.
Kegiatan Debat 1 Cakabem terbagi menjadi 6 segmen. Pada segmen 1, masing-masing cakabem menyampaikan visi-misinya. Fathur menekankan pada inklusivitas, sinergi, ekosistem, dan networking. Berbeda dengan Fathur, visi-misi Gielbran adalah berkarya, menyala, dan berdaya; Keluarga Mahasiswa (KM) UGM yang adaptif; KM UGM yang memenuhi kebutuhan mahasiswa; dan pergerakan yang tepat sasaran. Sementara itu, Rizky membawa visi-misi reorientasi BEM KM UGM, BEM KM UGM yang hadir untuk melayani mahasiswa, kekompakan (firmitas), manfaat (utilitas), dan keindahan (venustas).
Tanggapan para Cakabem atas isu dan pertanyaan yang dilontarkan
Segmen berikutnya adalah pertanyaan umum yang harus dijawab oleh seluruh cakabem dalam waktu 4 menit. Pertanyaan yang diberikan menyangkut pandangan cakabem terhadap peran BEM KM UGM yang kurang progresif dalam mengangkat isu internal mahasiswa. Rizky memaparkan perlunya evaluasi arah dan tujuan program KM, reorientasi kerja KM UGM ke arah penyediaan ruang, penjaringan koneksi dengan pihak-pihak fakultas, serta peningkatan potensi fakultas dengan program dukungan dari KM. Berbeda dengan tanggapan dari Gielbran yang secara garis besar memuat pencerdasan publik tentang keterlibatan dan pengemasan penjaringan isu yang dekat dengan mahasiswa, Fathur memaparkan bahwa peran KM difokuskan pada “pasar” dan perlu mencakup semua, reformasi/restrukturisasi KM, serta penyesuaian peran menurut lembaga dalam KM. Atas jawaban para cakabem tersebut, Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. selaku Panelis 1 memberi tanggapan bahwa program cakabem harusnya berfokus pada pemberdayaan animo mahasiswa. Adapun tanggapan juga datang dari Agung Satriyo Nugroho, S.Si, M.Sc. selaku Panelis 2 yang menyampaikan bahwa instrumen demokrasi KM kurang baik, aktivitas KM kurang berjalan, dan common interest yang beredar dalam masyarakat mahasiswa yang sebaiknya dipetakan.
Kegiatan berlanjut dengan segmen 3 yang memberikan kesempatan kepada para cakabem untuk menanggapi isu yang didapatkan dengan cara memilih amplop berisi nama panelis secara acak. Untuk segmen 4, masing-masing cakabem dipersilakan mengajukan pertanyaan untuk cakabem lainnya. Segmen 5, para cakabem dipersilakan menjawab pertanyaan dari audiens. Terakhir, di segmen 6, masing-masing cakabem diberi kesempatan untuk memaparkan closing statement.
Kalimat penutup rangkaian Debat Jilid 1
Pada closing statement, Rizky mengutarakan bahwa banyak hal yang harus diubah dan diperbaiki. Untuk itu, baik mahasiswa maupun lembaga harus hadir secara penuh semangat dan dasar memberikan kebermanfaatan yang bisa dipertanggungjawabkan serta menunjukkan bahwa mahasiswa UGM mampu mengembangkan potensi, mengawasi, dan memberikan sikap yang jelas dalam memperjuangkan hak yang tertindas. Di sisi lain, Gielbran memberikan statement bahwa Pemilwa sejatinya adalah ajang adu gagasan dan perbaikan. Terkait itu, maka pilihlah pihak yang mampu membawa ide dan gagasan konkret karena sejatinya Pemilwa bukan hanya adu bicara tapi merupakan dialektika penuh makna dan penuh karya. Closing statement berikutnya datang dari Fathur yang mengungkapkan bahwa akan banyak sekali tantangan yang harus dikawal. Oleh karena itu, penting untuk menempatkan diri sebagai pengawal dan ikut langsung dalam politik praktis. Calon nomor urut 1 ini juga mengajak seluruh mahasiswa untuk kembali bersatu, mewujudkan ruang yang aktif dan kolaboratif.
Penulis: Ilma, Fadly, Azlia, Nisrina/Bul
Editor: Nisa Asfiya/Bul