Aku terengah,
Tanpa mengindahkan derap langkah yang terlampau cepat,
Hujan mengguyur tubuhku kala itu,
Sibuk bergidik sembari merengkuh keteduhan,
Warung mungil bersekat bambu yang menolongku,
Bersama dengan semangkuk mie hangat
Konon, di mata pelanggan lain,
Aku hanya sosok yang tengah menikmati makan menunggu hujan,
Siapa pula yang menyangka,
Semangkuk mie hangat mampu membuai benakku,
Yang kini dipenuhi sekelebat memori bagai mesin waktu
Indra pengecapku merasakan manis kecap,
Layaknya utas senyum orang-orang yang kusayang dahulu,
Gurih kuah serupa renyah tawa kawan dan keluarga,
Kala menghabiskan waktu bersama,
Namun hadir pula asin garam,
Yang mengingatkan pada peluh dan dahaga,
Di tengah masa sulit hari
Bagai lahir kembali, kini aku sadar
Lepas ribuan purnama terpijak,
Tak lantas kudalami makna momen-momen yang aku lalui,
Kini hujan telah reda,
Membawa pergi percik renungku,
Dan semangkuk mie hangat
Penulis : Sayyida Nafisa dan Gregorius Nugroho Arimurti/Bul
Editor : Nuraini Indra P. Nugraheni/Bul