Pacarejo Festival yang diadakan pada 27 November 2021 menampilkan berbagai macam keunikan Desa Pacarejo. Lalu, apa yang berbeda dari festival ini?
Pacarejo Festival bertajuk “Desa Bangun Bangsa: Perkuat Potensi Bangun Jati Diri” merupakan lokakarya dari tim PHP2D (Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa) Gamapi (Keluarga Manajemen dan Kebijakan Publik) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Acara ini merupakan penghujung dari rangkaian acara program Tim PHP2D Gamapi.
Konsep berbeda
Pacarejo Festival yang dilaksanakan pada Sabtu (27/11) mengusung konsep yang berbeda. Acara ini diadakan di bawah Watu Giring. “Ini merupakan acara yang pertama kali diadakan di bawah Watu Giring,” tegas Riska Gabriela Dwi Lauciho Tarigan (MKP ‘19), Ketua Panitia Acara Pacarejo Festival 2021. Pemilihan tempat yang baru dilakukan pertama kali ini ditujukan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan salah satu objek wisata di Desa Pacarejo tersebut.
Talkshow bersama empat narasumber
Salah satu dari rangkaian acara Pacarejo Festival adalah talkshow yang mengusung topik “Pemberdayaan Desa di Masa Pemulihan Dampak Pandemi”. Talkshow ini menghadirkan empat narasumber, yaitu Sekretaris Desa Pacarejo, Wakil Bupati Gunung Kidul, perwakilan dari Dinas Pariwisata DIY, serta perwakilan dari Dinas Koperasi dan UMKM DIY.
Tidak hanya talkshow, Pacarejo Festival juga menampilkan fashion show dari produk batik ecoprint yang merupakan salah satu komoditas Desa Pacarejo yang sudah dipasarkan sampai ke luar negeri. Kemudian, Tari Janggrung yang merupakan salah satu kesenian khas Desa Pacarejo juga turut ditampilkan. Di samping itu, penayangan video cinematic pariwisata, penampilan band, serta bazar produk dari hasil program tim PHP2D Gamapi, yaitu telong dan batik astarani, menjadi sejumlah kegiatan lain yang meramaikan Pacarejo Festival.





Keterlibatan segala pihak
Pacarejo Festival tidak hanya melibatkan panitia atau mahasiswa saja, tetapi juga ikut melibatkan masyarakat. Gabriela mengatakan jika sedari awal mereka sangat dibantu oleh masyarakat, baik dari stakeholder maupun masyarakat sekitar yang ikut meramaikan acara.
Untuk persiapan acara sendiri, Gabriela mengaku jika persiapannya hanya dilakukan selama dua minggu. “Dibantu dari segala pihak akhirnya kami bisa mengadakan acara ini sampai selesai,” ujarnya. Untuk kendalanya sendiri adalah hujan yang turun sejak pagi. “Sebenarnya kami optimis untuk tidak terjadinya hujan, tetapi tadi pagi terjadi hujan yang membuat beberapa acara yang harus di-improve sendiri,” ujarnya.
Sejalan dengan pernyataan Gabriela, salah satu warga Desa Pacarejo, Muryani, juga mengatakan hal serupa. Dikarenakan hujan yang turun sejak pagi, masyarakat sekitar yang hadir ke acara tersebut menjadi tidak terlalu banyak. Meskipun begitu, beberapa masyarakat masih antusias untuk mengikuti acara ini. Sembari berteduh di bawah gazebo yang terdapat di sekitar panggung acara, masyarakat antusias mengikuti jalannya Pacarejo Festival 2021.
Penulis: Nisa Asfiya, Tri Angga, Wisnu Syam, Soffira/Bul
Editor: Rizka Azzahra Natasha/Bul