Setelah hampir dua tahun melaksanakan kuliah daring, UGM akhirnya memberikan tanda-tanda untuk memulai kuliah luring. Hal ini, merujuk pada apa yang disampaikan oleh rektor beberapa saat yang lalu. Arahan untuk mempersiapkan kuliah luring atau blended learning memang sudah diberikan pada setiap fakultas termasuk sekolah vokasi. Salah satu fakultas yang telah merespon surat edaran ini adalah Fakultas Ilmu Budaya (FIB). FIB kini tengah memulai uji coba kuliah luring dan blended yang akan dilaksanakan pada pekan depan.
Program ini, tentunya dengan memerhatikan protokol kesehatan yang memadai. Menurut Dr Mutiah Amini M Hum, salah satu tenaga pendidik program studi Ilmu Sejarah di FIB yang berkesempatan untuk mengajar mata kuliah luring, mengatakan bahwa, “Untuk melaksanakan kuliah luring ini, persiapannya sudah dilakukan secara matang dan panjang. Mahasiswa yang diizinkan untuk kuliah luring harus sudah melakukan vaksinasi paling tidak dosis pertama, mematuhi protokol kesehatan, dan sudah mendapat izin orang tua. Sebelum masuk ke kelas, mahasiswa juga diwajibkan untuk melakukan screening kesehatan yang sudah tersedia di beberapa titik. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan dan kesehatan mahasiswa selama kegiatan belajar tatap muka berlangsung,” jelasnya ketika diwawancarai (21/10).
Tidak hanya itu, ketika di dalam kelas mahasiswa juga diarahkan untuk saling menjaga jarak. Ruang kelas juga telah ditata dengan sedemikian rupa agar meminimalisir risiko penularan Covid-19. Kemudian, mahasiswa juga diarahkan untuk segera pulang setelah kelas selesai dan tidak mengobrol atau bergerombol di sekitaran fakultas.
Selain itu, khususnya untuk program studi Ilmu Sejarah, Mutiah mengatakan bahwa usia tenaga pendidik juga menjadi salah satu yang diperhatikan. Para dosen yang berusia senja diharapkan untuk tidak melaksanakan kuliah luring agar menghindari risiko yang tidak diinginkan. “Kesempatan kuliah luring ini sebenarnya sudah ditawarkan kepada setiap dosen, tetapi sebagian dosen kita sudah berusia di atas 50 tahun, sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan kuliah luring. Usia juga menjadi salah satu faktor yang kami pertimbangkan betul-betul,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mahasiswa di FIB sendiri, sebelumnya memang sudah diberikan formulir kesediaan untuk melaksanakan kuliah luring. Formulir tersebut berkaitan dengan identitas diri dan bukti surat izin dari orang tua. Mengingat bahwa prioritas utama yang diizinkan luring adalah yang berdomisili atau sedang berada di DIY. Pengisian formulir sebenarnya sudah dilaksanakan sejak beberapa bulan yang lalu, walaupun untuk realisasinya baru dilakukan pada Bulan Oktober. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan antusias mahasiswa dalam menyambut kuliah luring. Nabila Bintang Briliant (Sejarah’20), misalnya mengatakan bahwa ia merasa senang, kaget, dan takut ketika mengetahui kuliah luring akan dilaksanakan, “Perasaanku waktu tahu akan luring itu kaget karena ternyata bisa luring setelah selama ini kita online terus. Aku juga senang karena bisa bertemu teman dan tidak bosan di rumah, untuk ketakutan mungkin karena banyak mahasiswa dari luar daerah yang datang, jadi aku harap protokolnya harus terus dijaga,” paparnya ketika diwawancarai (18/10).
Bintang sendiri sudah menyiapkan hal-hal yang sekiranya ia perlukan untuk kuliah luring nantinya, seperti buku dan alat tulis serta pakaian untuk ke kampus. Ia berharap saat kuliah luring, protokol kesehatan terjaga dengan ketat dan durasi kuliah tidak terlalu lama agar interaksi dapat dikurangi. Ia juga menyampaikan pesannya untuk seluruh mahasiswa yang masih menantikan kuliah luring, “Pesan untuk mahasiswa yang sekarang atau nanti bisa melakukan luring, aku yakin luring tidak seseram apa yang dibayangkan. Pasti ada hal-hal menyenangkan yang menunggu kita di sana, bahkan lebih banyak hal yang menyenangkan daripada hal yang menyeramkan,” pungkasnya.
Reporter: Ida Ayu Kadek dan Elisa Obelia/Bul
Editor: Najla/Bul