Pada 27-30 Oktober 2021, aksi mural dan Festival Hutan Raya Gelanggang digelar untuk mengawal pembangunan “New Gelanggang”.
Tahun 2020 Gelanggang dirobohkan. Namun, sampai saat ini, belum ada kepastian terkait pembangunannya. Kawasan Gelanggang dibiarkan mangkrak begitu saja, padahal banyak mahasiswa dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) mengalami kendala karena ketiadaannya. Maka dari itu, sebagai aksi untuk mengawal isu ini, mahasiswa dari berbagai lembaga, UKM, dan fakultas mengadakan aksi mural kreatif dan Festival Kebun Raya Gelanggang pada 27-30 Oktober 2021.
Gaungkan isu gelanggang lewat mural
Gelanggang yang tidak kunjung dibangun menimbulkan banyak keresahan dari teman-teman mahasiswa. Keresahan ini kemudian mendorong adanya sebuah aksi, salah satunya adalah mural. “Sekarang kan mural lagi marak dan coba kita ejawantahkan segala keresahan teman-teman lewat aksi kreatif,” ujar Bram, Panitia Kerja Pengawalan Isu Fasilitas Kemahasiswaan.
Tanami saja daripada tidak dimanfaatkan
Festival Kebun Raya adalah aksi kreatif lain yang dilakukan setelah mural. Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan Gelanggang ini bertujuan memanfaatkan Gelanggang agar lebih bermanfaat. “Dulu di sini tumbuhannya besar-besar, kita coba bikin tempat, sebenarnya buat kumpul aja sih, tapi habis itu ada ide-ide buat bertanamlah, nanti bikin kolam lele,” papar Jadhug, salah satu peserta aksi. “Daripada ini nggak dimanfaatin sama kampus, ya kita sebagai mahasiswa yang memanfaatkan,” tambahnya.
Selain kegiatan tanam-menanam, ada juga mimbar bebas untuk menyuarakan atau berpendapat. Para peserta yang mengikuti aksi ini juga diberikan kesempatan untuk menyuarakan harapannya melalui secarik kertas yang nantinya akan diteruskan ke rektorat. Harapannya, secarik kertas berisi harapan tersebut dapat langsung sampai dan menjadi perhatian pihak rektorat untuk menindaklanjuti pembangunan ini.
Antusiasme dari banyak mahasiswa
Antusiasme mahasiswa untuk rangkaian aksi mural dan Kebun Raya Gelanggang cukup besar. “Untuk partisipasi mahasiswa cukup ramai, dari teman-teman UKM, dari teman-teman mahasiswa FKL pun juga ada perwakilannya,” ujar Bram. Di sisi lain, Tangguh, salah satu perwakilan Badan Kelengkapan MWA mengaku bahwa banyaknya peserta aksi ini melampaui harapannya,“Sebenarnya saya expect-nya nggak akan sebanyak ini, ternyata bisa sebanyak ini, ya senenglah,” tuturnya.
Mahasiswa tahun 2020, meskipun belum pernah melihat dan merasakan kehangatan gelanggang di dalamnya, juga turut serta dalam aksi ini. Mereka menginginkan hal yang sama: Gelanggang segera dibangun kembali. “Biar UKM kita itu ada tempat lagi untuk latihan,” tutur Hasna, mahasiswa yang tergabung dalam UKM Unit Kesenian Jogja Gaya Surakarta (UKJGS). Irbah, mahasiswa Geografi angkatan 2020 yang juga mengikuti aksi ini merasa kalau ada Gelanggang, UKM bisa mengembangkan diri di sini, tidak terpencar.
Semoga segera dibangun
Banyak pihak mengharapkan pembangunan Gelanggang segera dilaksanakan. “Semoga disegerakan dan dibuat transparan untuk progresnya biar kita bisa dapat kejelasan untuk Gelanggang ini, karena kita semua menunggu,” harap Arti (MIPA ‘18). Selaras dengan Arti, Rahma (Farmasi ‘19) juga mempunyai harapan serupa, “Harapanku sih, gelanggang bisa segera dibangun,” ujarnya. Sedangkan Bram berharap jika adanya aksi ini bisa mendorong pihak rektorat untuk segera melakukan tindak lanjut, “Jadi tidak cuma didengar, dilihat, dan aware, tetapi juga ada tindak lanjut,”.
Penulis : Nisa Asfiya, Puri Puspita, Ramada Aziizan, Tri Angga, Ulin Nuha/Bul
Editor : Raka/Bul