Momen Sumpah Pemuda, Bundaran UGM Ramai Aksi Bersama

Foto : Raka/Bul

Momentum Sumpah Pemuda mendorong beberapa perkumpulan mahasiswa dan elemen masyarakat untuk turun menggelar aksi di Bundaran UGM pada Kamis (28/10).

Sumpah pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Sudah 93 tahun sejak Sumpah Pemuda dikumandangkan, tetapi masih banyak permasalahan-permasalahan di negara ini yang memerlukan gelora semangat pemuda. Hal inilah yang mendorong beberapa perkumpulan mahasiswa dan elemen masyarakat untuk bergerak.

Menaikkan kembali semangat pemuda di masa lalu

Aksi yang dilakukan di Bundaran UGM merupakan aksi dalam rangka berpropaganda kepada pemuda-pemuda Indonesia untuk bangkit mengubah kondisi sosial yang ada. “Kalau tengok dari sejarahnya, Sumpah Pemuda itu ngobrolin masalah bagaimana pemuda Indonesia di masa lalu anti terhadap kolonialisme dan anti terhadap penindasan. Itu yang ingin kita naikkan lagi di momentum ini,” ujar Fikri sebagai perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HMI FH UMY). Tuntunan aksi ini merupakan tuntutan umum dari permasalahan nasional yang terus ada, seperti komersialisasi Pendidikan di Indonesia, pencabutan isu Omnibus Law, penghentian kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, serta tuntutan pelaksanaan reforma agraria sejati untuk kedaulatan kaum tani dan pemuda.

Antusiasme semua pihak

Peserta aksi yang terdiri dari beberapa perkumpulan mahasiswa, yaitu HMI FH UMY, HMI cabang Sleman, FBE UII, dan HMI Fisipol UMY, serta beberapa elemen masyarakat, seperti Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Forum Mahasiswa Nasional (FMN), dan Serikat Perempuan Indonesia (Seruni) cukup antusias dalam menggelar aksi ini. “Saya nggak terlalu ngobrolin masalah antusiasme yang tinggi karena kita mengejar momentum tanggal. Yang paling penting bagiku adalah bagaimana kita terus bisa berkampanye di tengah situasi yang nggak enak sama sekali,” ucap Fikri.

Harapan

Selaras dengan tujuannya, aksi ini diharapkan bisa menaikkan spirit pemuda Indonesia untuk memikirkan nasib rakyat dan kembali membersamai rakyat. Pemuda-pemudi juga bagian dari rakyat. Artinya, ketika memperjuangkan nasib rakyat, sama saja dengan memperjuangkan nasib sendiri. “Harapannya, gelombang perlawanan ini terus bisa membesar, memberikan teguran keras bagi siapa pun kelas berkuasa yang akan memimpin Indonesia,” pungkas Fikri sebagai penutup wawancara.

Penulis: Nisa Asfiya Husna, Tri Angga, Ramada Aziizan/Bul

Editor: Raka Yanuar/Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here