GeNose untuk Tiap Fakultas: Tanda-Tanda Kuliah Tatap Muka?

Ilus: Hans/bul

Produksi massal Gadjah Mada Electronic Nose Covid-19 (GeNose C19) memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia. Bagi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), hal ini mungkin merupakan angin segar yang memberikan secercah harapan akan kuliah tatap muka. Setelah kuliah daring selama satu tahun lebih, bukan tidak mungkin harapan untuk kembali kuliah luring sudah bertengger di kepala sejak lama. Lalu apakah dengan adanya GeNose, turut membantu perkuliahan luring yang direncanakan Juli besok?

Rapat MWA terkait perkembangan GeNose

Bersama pimpinan UGM, Majelis Wali Amanat (MWA) melangsungkan rapat dengan agenda pembahasan perkembangan GeNose pada Jumat (29/1). Dalam rapat tersebut disampaikan bahwa GeNose sedang dalam tahap memasuki produksi massal. Prioritas untuk penggunaan alat deteksi cepat covid-19 ini adalah rumah sakit dan fasilitas publik. Nantinya, setiap fakultas juga akan mendapat satu buah untuk deteksi cepat. “Jadi pada tanggal itu (Jumat, 29/1 -red), MWA UGM mengundang pimpinan universitas beserta tim GeNose.  Lalu kita mendengarkan presentasi dari Pak Panut dan tim GeNose. GeNose ini sedang dalam tahap produksi massal sehingga nanti ketika GeNose-nya sudah banyak, setiap fakultas akan mendapatkan satu. Jadi nanti diharapkan setiap fakultas ini ujinya bisa cepat,” ujar Maheswara Nusantoro (Psikologi’17).

GeNose untuk setiap fakultas

dr Dian Kesumapramudya Nurputra SpA MSc PhD (FKKMK), salah satu anggota tim peneliti, mengungkapkan bahwa jumlah pesanan GeNose mencapai hampir lima ribu unit. Tiga ribu unit akan disebar awal Maret, kemudian sisanya akan dipenuhi bulan berikutnya sambil terus melakukan evaluasi. GeNose bagi masing-masing fakultas sendiri sudah diberikan, tapi sekarang sedang dalam proses pelatihan operasional. Meskipun di beberapa fakultas sudah digunakan untuk keperluan tertentu, tapi secara keseluruhan penggunaannya akan dilakukan setelah persiapan yang terencana dan matang. GeNose mungkin dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk memulai screening dari setiap sivitas fakultas sebelum beraktivitas.

Namun hanya dengan mendatangkan GeNose saja belum cukup. “Perlu dibuat suatu sistem tindak lanjut atau kebijakan yang mengiringi pemanfaatan GeNose ini, baik dalam penyelenggaraan aktivitas kerja maupun perkuliahan yang berbasis pada prokes dan 3T (Tracing, Testing, Treatmentred) yang harus dihayati semua sivitas, sehingga secara mikro kita bisa berkontribusi terhadap penanggulangan pandemi ini,” tukas dr Dian.

Kemungkinan kuliah tatap muka

Untuk kuliah luring, Mahesa menyatakan bahwa hal ini tidak bisa dimaknai secara mutlak. Antara kuliah luring dan daring harus diperhatikan skala prioritasnya. Menurutnya, ketika suatu mata kuliah harus tatap muka, maka kuliah luring mungkin dapat dilakukan sesuai dengan kebijakan fakultas. “Namun idealnya menurut pandangan saya, selama bisa melalui Zoom, baiknya melalui jarak jauh,” ujarnya di akhir pernyataan.

Sejalan dengan pandangan Mahesa, dr Dian juga menyatakan bahwa ia masih belum yakin kuliah luring dapat dilaksanakan jika melihat dari perilaku masyarakat. “Melihat perilaku masyarakat, kami kira masih belum bisa (untuk kuliah luring -red). Kita belum kompak, belum punya pola pikir dan semangat yang sama. Walaupun ada GeNose atau tes screening yang lain, selama masyarakat tetap tidak mau (menerapkan -red) prokes dan isolasi apabila terdeteksi positif ya sama saja,” tanggap Dr Dian saat ditanya pendapatnya tentang kemungkinan kuliah luring dan perilaku masyarakat.

Sepotong harapan

dr Dian menyatakan jika kita semua saat ini berada dalam kondisi sulit. Semuanya berusaha menjalankan proses pendidikan walaupun dalam kondisi yang tidak ideal. Ia berharap dalam kondisi yang seperti ini teman-teman mahasiswa tetap semangat dan kompak berjuang melawan pandemi. Ia juga mengingatkan teman-teman semua untuk selalu jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, dan jangan kumpul-kumpul dulu.

“Untuk masalah kuliah, untuk teman-teman mahasiswa, ada banyak jalan menuju Roma. Apabila kesulitan untuk kuliah daring secara synchronous, kita ada metode asinkron, dengan belajar modul secara mandiri atau penugasan. Kondisi  kuliah daring ini sebenarnya juga membuat para dosen lebih fleksibel, walaupun ada kendala. Saya sangat respek dengan teman-teman mahasiswa yang terus mau berjuang walau ada berbagai kendala, misal masalah sinyal dan pulsa. Saya kira pihak fakultas pun akan selalu mengusahakan bantuan dan kelonggaran kebijakan selama proses pandemi ini. Terkait perkuliahan, intinya, selalu akan ada jalan untuk mengatasi. Yang penting komunikasi yang baik antar berbagai stakeholder, termasuk dengan rekan-rekan mahasiswa,” ungkap Dr Dian. “Pokoknya tetap semangat dan sama-sama berjuang ya,” pungkasnya di akhir wawancara.

Penulis: Daniel Fadly, Tri Angga/ Bul
Editor: Hafis Ardhana/ Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here