Tiap bulan Ramadhan tiba, masyarakat Yogyakarta tidak pernah lepas dari Kampung Ramadhan Jogokariyan atau yang biasa disebut KRJ. Wisata kuliner yang khusus dibuka selama bulan puasa ini telah menjalankan kegiatan tahunan selama 17 tahun berturut-turut. Meskipun tahun lalu KRJ terpaksa ditiadakan imbas covid-19 yang merebak di Yogyakarta, tahun ini pihak takmir Masjid Jogokariyan melaksanakan kembali rutinitas tahunannya. Awal mula adanya KRJ ini untuk memeriahkan bulan Ramadhan yang dahulu masih terasa biasa saja suasananya karena tidak ada perbedaan dengan bulan lainnya.
“Bulan Ramadhan ‘kan bulan istimewa untuk umat muslim, kita berpikir juga harus menyambutnya secara istimewa dengan menyelenggarakan Kampung Ramadhan Jogokariyan ini,” ungkap Falakh selaku bendahara KRJ tahun ini. KRJ diadakan dengan harapan bahwa Ramadhan tidak hanya dirasakan di masjid saja, tapi juga sampai ujung-ujung kampung. Konsistensi KRJ ini lama-kelamaan menjadi daya tarik tersendiri terutama dengan format yang lebih besar dan variatif dari pasar Ramadhan lain yang sebelumnya sudah ada, seperti di Masjid Kauman.
Penerapan protokol kesehatan
Pada masa pandemi saat ini, kepengurusan KRJ mempersiapkan penerapan KRJ sesuai protokol kesehatan. Masjid Jogokariyan selaku pelopor KRJ mengurangi jumlah lapak dari 365 dipangkas menjadi 170-an dan memberikan jarak 2,5 m tiap lapak. “Ada pengaturan jarak, jadi mungkin kalau ga ada covid ‘kan sebenernya jarak antar pedagang itu kan rapat, nah ini penerapannya itu dikasih jarak,” papar Sani penjual es teler yang memanfaatkan lahan depan rumah eyangnya untuk menambah penghasilan selama bulan Ramadhan ini. “Setiap sore itu ada yang patroli, apabila ada pedagang yang tidak terdaftar masuk sehingga jarak antar pedagang itu rapat nanti ditegur disuruh pergi,” tambah Sani,
Panitia telah melarang makan di tempat demi menghindari penularan covid-19. Selain diharuskan menjaga jarak, pengunjung harus melalui cek suhu sebelum memasuki kawasan. Bahkan, pedagang pun sudah melewati pengecekan kesehatan dengan Genose yang sudah disediakan masjid. Panitia senantiasa melakukan pemantauan areabersama dengan satgas covid yang telah ditugaskan. Di berbagai titik, tempat cuci tangan lengkap dengan sabun sudah disediakan dan di tiap lapak juga disediakan hand sanitizer.
Antusias pengunjung tinggi
KRJ menyediakan pasar sore dengan menjual berbagai dagangan berbuka puasa. “Soalnya kan liat di instagram sama tiktok banyak yang ke sini jadi pengin ke sini,” jelas Asrida yang jauh-jauh dari Kulonprogo. Tapi, kurang tersedianya tempat sampah membuat dikeluhkan pengunjung yang kebingungan dimana ia akan membuang sampah.
Dekorasi yang ditata sedemikian rupa sepanjang kawasan pun makin menarik minat untuk dikunjungi. Selanjutnya, donasi takjil disediakan 2000 kotak nasi per hari yang sebelum pandemi biasa disiapkan hingga 3000 piring takjil. Konsep pengambilan takjil yang sebelumnya ambil sendiri-sendiri kini ditata di serambi masjid sehingga kontak langsung bisa dihindari.
Walaupun KRJ tahun ini sedikit berbeda dengan KRJ tahun-tahun sebelumnya, tapi cukup mengobati rindu para pengunjung untuk ngabuburit atau kegiatan menunggu waktu buka puasa. Pasar ramadhan di Jogokariyan selalu menjadi tempat rekomendasi untuk dikunjungi saat bulan Ramadhan tiba serta telah menjadi pesona dan daya tarikn bagi kota Yogyakarta.
Penulis: Khoirida Dian, Sekar Langit Maheswari/ Bul
Editor: Hafis Ardhana/ Bul