Judul : The Castle in The Pyrenees: Kisah Filosofis tentang Jiwa dan Nurani
Judul asli : Slottet i Pyreness
Penulis : Jostein Gaarder
Penerbit asal : Ascehoug, Oslo
Tahun terbit : 2016
Jenis buku : Fiksi sains, filsafat
Penerjemah : Irwan Syahrir
Penyunting : Esti A. Budihapsari
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Cetakan I : Maret 2018
Jumlah halaman : 296 hal
Panjang buku : 20,5 cm
ISBN : 978-602-441-022-3
Buku karya Jostein Gaarder ini berkisah tentang dua anak manusia, Steinn dan Solrun. Keduanya merupakan sepasang kekasih yang berpisah selama 30 tahun kemudian berjumpa kembali di sebuah hotel tempat mereka terakhir bertemu. Kali itu keduanya telah memiliki keluarga dan kehidupan masing-masing. Mulai dari situ keduanya memutuskan untuk saling berkirim e-mail. Kisah dimulai ketika Solrun mengirim sebuah e-mail yang bertuliskan ungkapan kekaguman mengenai pertemuannya dengan Steinn di hotel tersebut, yang menurutnya bukan kebetulan semata melainkan ada sebuah kekuatan yang menuntun keduanya untuk bertemu. Keduanya kemudian saling berkirim e-mail di sela-sela aktivitas mereka. Mereka juga membuat aturan yaitu setelah menerima dan membaca pesan akan langsung menghapusnya
Di sisi penokohan, Steinn merupakan sosok rasionalis yang kagum dengan alam semesta dan tidak percaya adanya kebetulan. Sementara itu, Solrun adalah sosok spiritualis yang percaya bahwa takdir dan kekuatan menuntun manusia dalam menjalani kehidupan di alam semesta ini. Solrun memercayai adanya kekuatan supernatural yang tentunya bertentangan dengan Steinn yang lebih percaya dengan fenomena alamiah. Melalui sifat yang bertolak belakang tersebut, pembaca dibawa oleh kedua tokoh untuk memaknai tentang alam semesta dan mengagumi lagi semesta ciptaan Tuhan yang begitu apiknya dibuat.
Fokus lain dalam cerita ini yakni peristiwa di masa lalu yang dialami Steinn dan Solrun saat keduanya menghabiskan waktu bersama di perjalanan selama beberapa minggu. Mereka harus mengalami sebuah kejadian mengejutkan yang kemudian membuat keduanya diselimuti kegelisahan. Kejadian tersebut terus menghantui keduanya hingga menyebabkan keduanya berpisah selama 30 tahun.
Latar dalam cerita ini berada di Norwegia yang merupakan tempat lahir dan tinggal penulisnya. Oslo dan Bergen sebagai dua kota besar yang sudah tidak asing lagi namanya akan membuat pembaca membayangkan latar tempat di mana kisah ini terjadi. Selain itu, kita juga diajak berkenalan dengan banyak tempat menarik seperti Museum Gletser Norwegia, Booktown Norwegia di Fjaerland, dan Danau Eldrevatnet.
Dapat dikatakan buku The Castle in The Pyrenees membawa pembaca mengenali kehidupan di dunia ini. Buku ini mengajak pembaca memahami bagaimana pemikiran dan kepercayaan yang berbeda tentang dunia ini. Walaupun begitu, kedua tokoh tidak saling memaksakan atau menyudutkan pendapat yang berbeda. Ending yang cukup menarik disuguhkan di buku ini dengan dinarasikan oleh Petter, suami Solrun.
Buku ini menyuguhkan kisah fiksi menarik yang dibumbui dengan kajian filsafat yang tentunya membuat pembaca berpikir lebih dalam untuk memahami alur cerita yang ada. Oleh karena itu, The Castle in The Pyrenees cocok dijadikan sebagai bacaan untuk orang-orang yang bosan dengan cerita yang biasa-biasa saja atau love story yang menyayat hati. Dari buku ini pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai kehidupan. Buku ini juga menceritakan tentang proses sesuatu hal dapat terjadi, apakah disebabkan oleh takdir atau hanya kebetulan semata. Tidak lupa, penulis juga memasukkan unsur sains untuk menjelaskan proses tersebut, termasuk proses terjadinya kehidupan.
Walaupun terkesan berat, The Castle in The Pyrenees membawakan obrolan yang menarik tentang kematian, tentunya dari sudut pandang yang berbeda. Meski bagi orang awam buku ini harus dibaca berulang-ulang karena kental dengan unsur filsafat, Jostein Gaarder dengan gaya khasnya dalam memainkan pikiran tidak akan mengecewakan para pembaca.
Penulis: Alfani Nurul K/Bul
Editor: Antari Kinanti/Bul