Randevu
Pukul tiga janjinya, kita mengelilingi kota
Kadang berisi wicara, lalu terseling suara jalan
Sampai di jalan besar, menuju sinema favorit kita
Masih bercanda akan karcis parkir, lalu berebut tempat duduk favorit kita
Kalau dipikir-pikir, aku tak pernah benar-benar menghayati filmnya
Kamu yang berulang kali membuat candaan
Kamu pula yang akhirnya menangis karena terbawa cerita
Aku terlalu sibuk berada dalam dinamikamu yang tak kalah menariknya
Terkadang pula kita menghabiskan senja untuk berdebat
Di tempat duduk sinema, kemana perjalanan kita selanjutnya
Apakah romansa komedi, drama, ataupun misteri?
Apakah gambaran poster akan cukup membawa kita pada sebuah keputusan?
Matahari yang telah menutup tirai, menyudahi sandiwara kita
Para hati yang tualang, berserah diri kepada ketidakpastian
Setidaknya ini tak mengubah apapun
Karena sekarang pun cukup
Lalu dalam hembusan angin malam
Menuju alur yang akan datang
Aku rasa, kita pun akan punya cerita sendiri
Untuk randevu-randevu lain yang masih menanti
Penulis: Nur Auliya/Bul