Ready or Not: Bagi yang Kaya, Kamu Hanyalah Persembahan Lainnya

Thumbnail-Ready-or-Not
Ready-or-Not

Judul : Ready or Not (2019)
Sutradara : Matt Bettinelli-Olpin, Tyler Gillet
Penulis : Guy Busick, R. Christopher Murphy
Produser : Tripp Vinson, James Vanderbilt
Produksi : Myhology Entertainment, Vinson Films
Pemain : Samara Weaving, Adam Brody, Mark O’Brien
Durasi : 94 Menit

Grace (Samara Weaving) bergabung sebagai anggota baru keluarga kaya raya Le Domas setelah pernikahannya dengan Alex Le Domas (Mark O’Brien). Setidaknya, itu yang Grace pikirkan sebelum suaminya mengungkap rahasia kepada Grace, yakni semua orang yang menikah dengan anggota keluarga Le Domas wajib memainkan sebuah permainan di malam pernikahannya. Grace menganggap hal ini aneh, namun tak pula menganggapnya buruk. Pasalnya, keluarga Le Domas memiliki bisnis permainan keluarga dan hal ini didedikasikan untuk menghormati ciri khas keluarga tersebut. Grace tidak menyadari bahwa kemungkinan terburuk telah jatuh kepadanya.

Konflik bermula dari cerita asal usul kekayaan keluarga Le Domas, kiasan hubungan buyut Le Domas dengan Mr. Le Bail, sosok dermawan yang menawarkan kemakmuran keluarga Le Domas dan keturunannya. Namun, kekayaan itu memiliki syarat. Muncullah kotak pengacak kartu tua pertama kali dalam film tersebut sebagai simbol kesepakatan yang harus dimainkan tiap ada orang baru di keluarga Le Domas. Beberapa anggota keluarga lain mendapatkan permainan normal, namun sayangnya, Grace mendapatkan kartu ‘persembahan’ untuk Mr. Le Bail.

Karakter Grace berkembang setelah konflik pertama tiba. Grace yang berwatak urakan tetap menjadi dirinya, namun perlahan berubah menjadi versi yang lebih gila. Penggambaran watak Grace yang dibuat dengan satu skema penuh merupakan salah satu bagian menarik. Sosok Grace yang kala itu masih mengenakan gaun panjang anggun dan sepatu hak tinggi berjalan dengan karakter kuat sembari merobek gaunnya dan berganti menggunakan sepatu sneakers kuningnya.

Konflik utama dalam film ini merupakan sebuah satir yang disampaikan secara gamblang oleh sutradara. Beberapa percakapan mengandung kiasan tentang orang-orang kaya yang tak menganggap bahwa orang-orang ‘di bawahnya’ merupakan makhluk yang pantas dihargai. Layaknya anggapan bahwa orang kaya hanya memedulikan diri mereka sendiri, kita tetap tertawa dengan komedi yang menunjukan ironi kehidupan sesungguhnya.

Karakter Alex yang seiring perjalanan mengalami pergantian hati pun secara gamblang ditunjukkan oleh sutradara. Hal ini mendorong penonton untuk meyakini bahwa Alex tidak akan sepenuhnya ingin lari bersama Grace, melainkan berpegang teguh dengan keluarganya. Padahal, apabila dicermati, keinginan keluarga Le Domas pun semata-mata untuk keuntungan mereka yang tak ingin kehilangan harta. Dianggap sama seperti keluarganya yang lain, Alex pun merasa kalah pamor dengan kakaknya, Daniel, yang beberapa kali memberi simpati kepada Grace dan Alex, serta plot twist yang membuat penonton mempertanyakan keberadaan sisi Daniel.

Secara cerita, dapat dikatakan bahwa film “Ready or Not” bukan film yang membosankan. Pasalnya, di segala skema tak henti-hentinya menghadirkan kejutan bagi penonton. Komedinya yang renyah dikemas secara tepat di skema-skema tertentu dan tidak terlalu mendominasi atau dipaksakan. Namun, banyak komentar tentang bagaimana film ini diakhiri. Pasalnya, runtuhnya keluarga Le Domas terkesan sangat mudah dan sederhana, setelah banyak pengorbanan Grace dan korban-korban lainnya demi keluarga tersebut.

Film “Ready or Not” dikemas dengan sinematografi yang apik, berlatar rumah megah dengan intrik gothic barat. Karakter keluarga Le Domas yang cenderung bernuansa muram dan sinis, dengan ego yang besar juga tertangkap dengan baik. Sebuah skema menarik pada prolog adalah ketika Grace mengatakan bahwa ayah Alex seperti akan menghadiri upacara pemakaman dan bukan pernikahan. Hal ini seperti menjadi ironi tersendiri karena sesungguhnya keluarga Le Domas memang sudah bersiap untuk ‘kehilangan’ pada malam harinya.

Secara keseluruhan, “Ready or Not” merupakan film yang menantang adrenalin kita bersama Grace, pemeran utama sekaligus favorit penonton, untuk tiba pada akhir film. Film ini menyenangkan untuk disaksikan bersama teman-teman karena komedinya yang renyah serta plot film yang memberikan keseruan bersama. Di akhir film satir penuh ironi ini, rasanya memang benar: bagi yang kaya, kita hanyalah persembahan lainnya.

Penulis: Nur Auliya/Bul
Editor: Alfani Nurul/Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here