Es Jaipong: Mencuat Kembali karena Ibu Hamil

Es-Jaipong
Foto: Indah/Bul

Sore itu, ia berdiri di depan beberapa panci perak, sedangkan tangan kirinya memegang mangkuk beling kecil. Muhammad namanya, seorang penjual Es Jaipong yang merantau dari Cirebon demi meneruskan bisnis ayahnya. Setiap kali pelanggan menyebutkan pesanan, dengan cekatan ia mulai menaruh jenang, bubur mutiara, santan, tape, cincau dan gula aren ke dalam mangkuk satu per satu. Tak lupa, senyuman ramah tak pernah luput ia sunggingkan kepada para pelanggannya.

 Muhammad menjelaskan bahwa Es Jaipong memiliki nama lain di Cirebon dan Jawa Barat, yaitu Selendang Maya. Berbeda dengan Es Jaipong yang ia jual, Es Selendang Maya hanya terdiri atas bubur jenang dan gula aren serta es batu saja. Asal-usul nama Es Selendang Maya dilatarbelakangi oleh sejarah bahwa konon dulunya minuman ini merupakan sajian untuk penari di Cirebon pada masanya. Namun, karena dijual di daerah yang berbeda, es ini diberi sedikit inovasi dengan menambahkan cincau, santan, dan bubur mutiara ke dalamnya. “Di Cirebon, jenang ini disebut Selendang Maya, kalau di sini disebutnya bubur sum sum,” tambahnya.

Semangkuk Es Jaipong yang manis dan gurih ini dihargai lima ribu rupiah saja. Adapun rasa manis yang ditimbulkan berasal dari gula aren, sedangkan rasa gurih berasal dari jenang. Dalam sehari jumlah mangkuk yang ia jual tidak menentu, tergantung cuaca pada hari itu. “Kalau cuaca sedang panas, jumlah pembelinya pasti akan bertambah, tapi kalau cuacanya sedang dingin atau musim hujan seperti sekarang ini, jumlah pembelinya menurun,” jelasnya.

Es Jaipong ini sudah ada sejak tahun 1990, namun mengalami penurunan peminat semenjak tahun 2000. Hal ini kemudian mengakibatkan para penjual untuk berganti dagangan. “Mulai hilang soalnya sudah jarang yang beli. Beberapa penjual juga berganti dagangan, ada yang jualan bubur kacang hijau, ada juga (yang jual) jenang aja,” tutur Muhammad.

Kendati demikian, turunnya peminat Es Jaipong tidak membuat Muhammad berminat mengganti dagangannya. Rupanya, minuman ini masih laris dicari oleh orang-orang tertentu, misalnya para ibu hamil. Tak heran, rasa manis dan gurih dari Es Jaipong akan selalu dirindukan bahkan diidam-idamkan oleh peminatnya.

Di Jogja sendiri, selain Muhammad telah terdapat sejumlah pedagang Es Jaipong yang jumlahnya semakin meningkat.  Tak hanya itu, jumlah peminatnya pun senantiasa bertambah. Maka dari itu, bagaimana dengan kalian, para mahasiswa? Sudahkah menjadi peminat Es Jaipong? Ssst… segarnya bisa menyejukkan tenggorokan saat turun ke jalan, lho.

Penulis : Nada Khansa/Affandi/Bul
Editor: Nada Calesta/Bul

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here