Meski panen isu. BEM tak gentar.
BEM KM UGM akhir-akhir ini sering mendapatkan isu negatif dan kritik dari berbagai kalangan. Dimulai dari kurangnya pergerakan-pergerakan dan isu pergantian kabinet. BEM pada September ini sudah memasuki masa jabatan bulan ke sembilan. Lalu, bagaimana kondisi mereka kini?
Sembilan bulan menjabat
Sudah tujuh bulan, Kabinet Semangat Muda aktif menggiring berbagai isu dan kegiatan. Dilantik sejak (28/12) tahun lalu, Obed, Presiden BEM mengaku bahwa kabinetnya baru efektif berjalan pasca liburan. “Bisa cek di laporan setengah babak kami yang sudah kami unggah. Laporan pekerjaan kami kemarin dan laporan RKAT kami ke depan,” ujar Obed.
Masing-masing kementerian memiliki agenda, namun Obed menuturkan bahwa akan lebih fokus pada isu pendidikan. Tapi bukan hanya pembiayaan pendidikan saja. BEM juga fokus mengenai pelecehan seksual di kampus. Mereka mengaku telah melakukan berbagai upaya untuk bisa terlibat dalam arus utama isu tersebut.
Pergerakan BEM
Di balik isu yang berseliweran, ada keresahan mahasiswa yang menganggap BEM kurang memiliki pergerakan dibandingkan tahun sebelumnya. Pergantian kabinet yang dilakukan beberapa minggu lalu juga menimbulkan isu politik bahwa mereka sedang mengalami krisis dan perpecahan di internal. Obed mengatakan, “BEM bukanlah center of movement dalam arti bahwa hanya salah satu elemen pergerakan mahasiswa. Ada atau tidaknya BEM, tidak akan berpengaruh soal mahasiswa bergerak atau tidak. Selain itu, selama ini kami selalu melakukan aksi-aksi yang membela kebenaran. Contohnya Aksi MD3, Aksi untuk Novel Baswedan,” imbuhnya.
Obed menyatakan jika isu kelesuan saat ini mucul disebabkan tidak ada aksi 2 Mei seperti yang dilakukan sebelumnya. Ia menegaskan, “kami tidak turun ke jalan. Meski BEM tidak turun aksi, kami selalu bergerak dalam menyuarakan isu-isu tertentu. Seperti isu Hak Asasi Manusia dan isu pendidikan,” tuturnya.
Setelah isu kabinet
Pergantian kabinet sempat dilakukan pada pertengahan masa jabatan. Muhammad Hikari Ersada, Menteri Koordinator Bidang Pengembangan Organisasi, menjelaskan pergantian kabinet diadakan untuk memperbaiki organisasi sekaligus memaksimalkan fungsinya. Mereka sangat menerima kritik dari berbagai kalangan. “Ketika reshuffle dan terbuka, ketika mau dikritisi ya tidak apa-apa dikritisi, tapi bagi kami perbaikan. Toh, kami lebih memilih untuk memperbaiki produktivitas,” ujar Hikari.
Pada dua bulan terakhir, BEM akan memaksimalkan proker. Sebagai contoh Festival Anak Muda akan diadakan akhir bulan oktober. Malam Gagasan akan diadakan pada akhir bulan September. Kedua proker tersebut merupakan proker yang berbentuk diskusi umum disertai menonton film documenter. Selain itu ada program safe space yang berfokus pada isu-isu pelecehan seksual di kampus. Mereka berharap program ini menjadi program milik bersama, bukan hanya milik BEM saja. “Safe space itu melibatkan banyak pihak, tidak ada klaim sepihak, bukan hanya milik kami saja. Dengan menghilangkan klaim semacam itu, safe space akan menjadi suatu yang berkelanjutan,” tutur Hikari.
Obed menerangkan bahwa BEM sangat terbuka terhadap masukan-masukan yang ada. “Kami mencoba hadir untuk membantu temen-temen mahasiswa, mengatasi masalah perkuliahan atau masalah di sekitar mereka. Ketika mereka ada masukan untuk kami, kami sangat terbuka,” pungkasnya.
Penulis: Ario, Septiana Hidayatus/Bul
Editor: Akyunia Labiba/Bul