Jogja kota pariwisata, melihat peluang pasar tersebut, Gudeg Bu Tjitro berinovasi dengan membuat gudeg kaleng. Gudeg lebih mudah didistribusikan dan tahan lama.
Jogja, merupakan kota dengan segala keindahan dan keistimewaan di tiap sudutnya. Siapapun pasti akan mengenal kota yang terkenal akan wisata dan pendidikan ini. Tidak hanya dari segi pendidikan dan destinasi wisata saja, Jogja juga terkenal dengan kuliner yang sudah pasti istimewa.
Awal gudeng kaleng
Ketika ditanya mengenai kuliner khas Jogja, gudeg mungkin menjadi makanan yang langsung terlintas di pikiran. Salah satu gudeg yang cukup terkenal adalah Gudeg Bu Tjitro. Berdiri sejak 1925, Gudeg Bu Tjitro kini diteruskan oleh generasi keempatnya, yaitu Bu Jadu. Beliau merupakan orang di balik inovasi baru gudeg, yakni gudeg kaleng.
Gudeg kaleng Bu Tjitro diluncurkan pertama kali pada tahun 2015. Produk tersebut merupakan pelopor dari gudeg kaleng di Indonesia. Awalnya, konsep ini sudah ada sejak tahun 2011. Namun, tidak mudah untuk mewujudkan ide tersebut. Selama empat tahun, Gudeg Bu Tjitro melakukan riset dan pengembangan yang dibantu oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI. Selain itu, perlu juga mengurus berbagai adminstrasi sebelum gudeg kaleng tersebut akhirnya bisa dipasarkan.
Dalam peluncurannya, gudeg kaleng mendapatkan respon yang sangat baik dari masyarakat. “Dulu saat pertama kali diluncurkan, alhamdulillah respon masyarakat sangat baik. Banyak yang suka. Awalnya, masyarakat merasa aneh, karena gudeg kok dalam kemasan kaleng, apalagi orang Jogja. Tapi itu memudahkan orang dari luar untuk membawanya sebagai oleh-oleh,” ucap Khoirunnisa, selaku pihak marketing dari Gudeg Bu Tjitro. Hingga kini, Gudeg Kaleng Bu Tjitro telah masuk di berbagai toko oleh-oleh, dijual secara online, dan bahkan ada pihak lain yang menjual kembali Gudeg Kaleng Bu Tjitro ke luar negeri.
Proses produksi
Kini, Gudeg Bu Tjitro dapat memproduksi lebih dari 500 kaleng gudeg perhari. Ada beberapa hal yang membedakan proses produksi gudeg kaleng dengan gudeg biasa.. Sebelum masuk ke dalam kaleng, gudeg harus melewati proses sterilisasi. Lalu gudeg tersebut di-press, dimasukkan ke dalam kaleng, dan disimpan di ruang karantina, sehingga dijamin tidak ada udara yang masuk ke dalam kaleng tersebut. Itu juga yang menjadi alasan dapat bertahan hingga satu tahun.
Gudeg kaleng Bu Tjitro telah tersedia dalam 4 varian rasa, yaitu gudeg rendang, gudeg pedas, gudeg blondo, dan gudeg original. Bicara mengenai rasa, Gudeg Bu Tjitro memiliki cita rasa yang khas, karena rasanya tidak terlalu manis seperti gudeg biasanya. Menurut Khoirunnisa, hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan pembeli dari luar Jogja yang belum terbiasa dengan rasa gudeg yang manis. Khoirunnisa juga menambahkan, bahwa sedang dikembangkan varian baru, yaitu krecek-nya saja yang diproduksi dalam kemasan kaleng. Inovasi tersebut dilakukan karena banyaknya masyarakat yang menginginkan krecek dalam kemasan dan bisa dibawa kemana-mana.
“Saat ini kami sedang berusaha untuk membuat krecek-nya dalam bentuk kaleng, karena saat mereka membeli gudeg kaleng, mereka juga menanyakan apakah ada krecek-nya saja. Mereka merasa kurang jika membeli gudeg tanpa krecek,” pungkas Khoirunnisa.
Penulis: Lestari K, Saraswati LCG/Bul
Editor: M. Zahri Firdaus/Bul