Istilah deadline sudah sangat sering terdengar, khususnya di lingkungan perkuliahan. Sebenarnya, apa itu deadline? Deadline adalah batas akhir pengumpulan hasil tugas maupun kerja. Umumnya, istilah deadline akhirnya melahirkan istilah baru, yaitu deadliner. Istilah ini mengacu pada para pelaku penyelesaian tugas di waktu yang sudah dekat dengan deadline.. Dalam kehidupan perkuliahan, istilah deadliner sudah menjadi hal yang lumrah. Banyak mahasiswa bahkan berpendapat bahwa deadliner sudah menjadi sebuah budaya dalam mengerjakan tugas. Dapat dikatakan bahwa setiap mahasiswa, mulai dari mahasiswa yang rajin hingga yang banyak kegiatan, pasti pernah merasakan menjadi seorang deadliner.
Pengerjaan tugas di waktu yang “mepet“ deadline sebenarnya banyak membawa dampak yang kurang baik. Salah satunya, tidak maksimalnya hasil tugas yang dikerjakan. Pengerjaan yang terlalu tergesa-gesa karena seolah dikejar deadline membuat mahasiswa tidak fokus terhadap apa yang dikerjakan sehingga dapat memunculkan kesalahan-kesalahan pada tugas yang dikumpulkan. Parahnya lagi, tugas yang dikerjakan mendekati deadline terkadang membuat mahasiswa hanya mengerjakan seadanya saja tanpa memperhatikan kesesuaian bahasan. Pengerjaan tugas ala deadliner juga sebenarnya sangat mengurangi esensi pemberian tugas. Pemberian tugas seharusnya dapat dijadikan sebagai wahana belajar. Namun, kenyataannya, apabila dikerjakan mendekati deadline, seakan-akan tugas hanya digunakan sebagai penentu nilai.
Berbicara mengenai dampak yang timbul, pasti muncul pertanyaan di benak kita. Sebenarnya apa saja penyebab seseorang menjadi deadliner? Pertanyaan ini tentunya sangat patut ditanyakan kepada diri setiap deadliner agar penyelesaian permasalahan dapat ditemukan dan kebiasaan mengerjakan tugas mendekati deadline dapat dikurangi.
Penyebab seseorang mengerjakan tugas mendekati deadline, salah satunya adalah ketidakmampuan dalam membagi waktu. Pembagian waktu sebenarnya sangat berkaitan erat dengan intensitas kegiatan yang dilakukan dalam satu hari. Biasanya, banyaknya kegiatan dan aktivitas kemahasiswaan di luar kegiatan akademik menjadikan seseorang mahasiswa tidak fokus dalam kegiatan akademiknya. Bahkan kesibukan dan padatnya jadwal kegiatan membuat waktu 24 jam dirasa sangat kurang.
Kebiasaan menunda-nunda tugas juga menjadi salah satu penyebab seseorang menjadi deadliner. Menunda-nunda tugas sudah menjadi budaya yang mengakar di kalangan mahasiswa, khususnya para deadliner. Mayoritas mahasiswa yang memiliki kebiasaan mengerjakan tugas mendekati deadline berpendapat bahwa suatu tugas dapat dikerjakan saat sudah mendekati deadline karena ide pengerjaan tugas baru akan muncul dalam keadaan mendesak. Apabila batas waktu pengumpulan yang ditentukan masih lama, misalnya satu bulan, dapat ditebak bahwa hanya dalam waktu satu minggu—atau bahkan satu malam sebelum deadline tugas tersebut baru disentuh.
Perilaku pengerjaan tugas mendekati deadline sebenarnya dapat dikurangi intensitasnya secara perlahan. Salah satu caranya adalah dengan memilih kegiatan di luar kegiatan akademik secara bijak dan disesuaikan dengan kemampuan tubuh. Kegiatan di luar kegiatan akademik, atau yang biasa disebut kegiatan nonakademik, merupakan kegiatan yang harus ada dalam rangkaian kegiatan mahasiswa agar bisa lebih mengenal banyak orang dan dunia sekitarnya. Namun, kegiatan-kegiatan tersebut harus bisa disaring dan ditimbang nilai kemanfaatannya saat dilaksanakan. Hal ini bermaksud supaya tidak timbul istilah berat sebelah yang disebabkan oleh banyaknya kegiatan nonakademik yang membuat kegiatan akademik menjadi tidak terurus. Semua harus dilakukan berimbang, baik kegiatan akademik maupun nonakademik. Kalau kita sudah dapat menyeimbangkan porsi kegiatan yang kita lakukan dengan memiliki target waktu penyelesaian setiap tugas, maka kebiasaan menjadi seorang deadliner akan dapat berkurang, atau bahkan perlahan hilang.
Penulis: Eska Hanifah/Bul
Editor: Sesty Arum P/Bul