Kenapa kita kunjungan media ke Bernas? Kenapa tidak media yang lain? Oke, pilihan itu muncul dari insting saja. Harian Bernas ini unik. Usianya sudah 71 tahun. Setelah bergonta-ganti nama sejak berdiri tanggal 15 September 1946, Bernas selalu sendiri. Maksudnya, ia tidak membentuk jaringan dengan media lain, tidak ada yang subsidi. Tidak seperti, misalnya, Tribun Jogja yang masuk ke dalam jaringan Kompas Gramedia.
Kemudian muncul pertanyaan menarik, bagaimana Bernas masih bisa tetap hidup meski sendirian? Kalau dicermati dari komposisi iklannya pun, Harian Bernas tidak terlalu banyak memuat iklan, dibanding media-media cetak lain yang di Yogya. Untuk itulah, menjadi menarik ketika kita mendengar cerita dari H. Zubaedi (pemimpin perusahaan) dan Tedy Kartyadi (wakil pemimpin perusahaan) pada Selasa (18/4).
Bernas tidak hanya mengandalkan iklan di media cetak untuk menjalankan roda bisnisnya. Mereka telah membangun sumber-sumber pendapatan lain. Pertama, membikin strategi untuk bekerja sama dengan pemerintah. Salah satu yang telah dilakukan adalah kerja sama dengan Dinas Pariwisata Yogyakarta. Bernas menawarkan sebuah rubrik dengan rincian isi bahkan judul yang bisa digunakan oleh Dinas Pariwisata untuk mempromosikan program-programnya. Model bisnis seperti ini lebih mendulang uang yang lebih banyak daripada iklan sepotong-sepotong di samping tulisan. Kerja sama lain yang juga menggunakan model beginian adalah penerbitan laporan tahunan pemerintah DIY di produk cetak.
Yang kedua, mereka membikin Bernas Publishing yang mencetak beberapa buku untuk dijual. Hasilnya digunakan untuk biaya hidup. Yang ketiga mendirikan Bernas EO yang menawarkan jasa.
Masalah-masalah detail, kata Tedy, perlu diperhatikan dalam mengelola media. Contohnya, berapa harga pokok produksi (HPP) untuk satu terbitan? Ini penting diketahui untuk menentukan nilai dari tiap-tiap produk yang diterbitkan.
Menjalankan perusahaan media memang tidak hanya tentang memoles kerja keredaksian dengan baik. Ada segi bisnis yang sering tidak diperhatikan saat masa-masa belajar di kampus. Ya bikin perusahaan pers tuh butuh duit. Selain itu, juga butuh membangun dan selanjutnya menjaga loyalitas pembaca. Seperti kata Zubaedi, Bernas masih bisa bertahan juga karena punya pembaca yang loyal.
Terima kasih, Bernas… Terima kasih telah menemani kita belajar…
Oleh: Dandy Idwal Muad/Bul