Melihat UGM 5 Tahun Mendatang Lewat Forum Aspirasi Mahasiswa

Kamis (30/3), Panitia Kerja (PANJA) dan Majelis Wali Amanat (MWA) menggelar forum aspirasi untuk mahasiswa. Forum ini dilaksanakan di Grha Sabha Pramana (GSP) pada pukul 12.00-16.00 WIB. Forum ini bertujuan sebagai sarana untuk mahasiswa menyampaikan aspirasi, saran, maupun kritik untuk para calon rektor UGM periode 2017-2022.


Forum aspirasi mahasiswa ini dimulai pada pukul 12.30 WIB setelah hampir semua kursi di aula GSP lantai 1 terisi. Acara dibuka dengan sambutan oleh Muhsin Al Anas, selaku MWA perwakilan Mahasiswa. Setelah pembukaan oleh perwakilan MWA, acara kemudian berlanjut ke sesi pemaparan program kerja oleh para calon rektor.

Rangkaian presentasi ini dibagi menjadi dua sesi, dengan empat presentasi di tiap sesinya. Presentasi meliputi visi dan misi, program kerja, dan hal yang akan dilakukan para calon rektor jika terpilih. Tiap presentasi yang dilakukan, oleh panitia dibatasi dengan durasi 10 menit.

Prof. Ir. Panut Mulyono menjadi calon rektor pertama yang berkesempatan untuk presentasi di depan para mahasiswa yang hadir di forum tersebut. Presentasi kemudian berturut-turut dilanjutkan oleh DR. Erwan Agus Purwanto MSI , Dr. Paripurna PS SH.,M.Hum , Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc.,Ph.D. pada sesi kedua diawali oleh Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D , dr. Rr. Titi Savitri Prihatiningsih, MA, MmedEd, Ph.D , Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA.,DEA , dan diakhiri oleh Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D.

Setelah presentasi dari kedelapan calon rektor selesai, maka acara beralih kepada sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang hadir untuk  menyampaikan aspirasinya, baik dalam bentuk saran maupun kritik terhadap program kerja yang telah dipaparkan oleh para calon rektor.

Panitia memberikan kesempatan yang cukup banyak bagi mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya. Terhitung total mahasiswa yang maju baik memberi tanggapan, pertanyaan, kritik maupun saran berjumlah 16 orang. Aspirasi yang disampaikan mahasiswa memiliki topik yang beragam.

Mentari S. Utami misalnya, ia menanyakan tentang concern para balon rektor terhadap penataan struktur organisasi mahasiswa. Selain itu ia juga menanyakan tentang keberadaan regulasi yang jelas sebagai pembentukan kebijakan. UKT juga tidak luput dari topik yang ditanyakan ke calon rektor. Davin misalnya, menanyakan tentang penyebarluasan transparansi komponen yang dilibatkan untuk UKT, serta pelaksanaan reformulasi UKT.

Banyak pula topik lain yang dilontarkan mahasiswa kepada calon rektor. Topik-topik tersebut antara lain tentang status PTN-BH, tentang keterlibatan mahasiswa dalam penentuan kebijakan kampus, tentang kemungkinan dilakukannya pertemuan rutin dengan rektor, juga  tentang kesesuaian infrastruktur kampus terhadap kaum difabel. Ada pula yang membahas tentang kesesuaian dan relevansi konsep MWA saat ini serta tentang konsep educopolis dan kebijakan portal di Jalan Olahraga.

Setelah mahasiswa selesai menyampaikan aspirasinya, para rektor kemudian diberi kesempatan untuk menanggapi. Dalam sesi ini panitia memberikan waktu lima menit kepada tiap-tiap calon sesuai dengan urutan presentasi. Sayangnya, karena waktu yang singkat dan banyaknya topik yang disampaikan mahasiswa, membuat calon rektor tidak bisa menanggapi semua topik sekaligus.

Namun aspirasi yang telah disampaikan mahasiswa telah dicatat, setidaknya oleh pihak MWA, yang akan memilih rektor UGM periode 2017-2022. “Kami berterima kasih kepada mahasiswa yang telah hadir dan memberikan masukan, bahkan memberikan hasil riset, yang itu nanti akan kami gunakan untuk mengawal program dari rektor yang terpilih,” tutur Prof. Dr. Ir. Indarto DEA selaku anggota Panja sekaligus sekretaris MWA. Panja juga masih memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang belum sempat memberikan aspirasinya pada forum. Mahasiswa masih bisa menyampaikan aspirasinya melalui laman aspirasi.ugm.ac.id, paling lambat pada 31 maret 2017.

Oleh: Akyunia Labiba/Bul
Penyunting : Hafidz W. Muhammad

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here