Korea Selatan yang Ternyata (Bukan) Hanya Oppa-Oppa Saja

Korea Selatan adalah salah satu negara yang tengah digandrungi para wisatawan dunia. Keindahan Negeri Ginseng ini juga kerap diperlihatkan melalui drama dan filmnya yang selalu laris di pasaran. Makanya, tak heran, jika Korea Selatan mengandalkan media untuk menarik perhatian wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Namun sebelumnya, apa yang kamu pikirkan pertama kali ketika mendengar kata Korea Selatan? Keindahan pemandangannya kah? Kulinernya kah? Produk ­makeup-nya kah? Atau malah oppa-oppa ganteng?

Tak dimungkiri, selain drama dan film, Korea Selatan juga disukai karena musik dan fashion-nya. Makanya, jangan heran kalau banyak orang tertarik dengan Korea Selatan berawal dari penampilan boyband dan girlband-nya. Daya tarik mereka pun semakin bertambah dengan gaya berpakaiannya yang fashionable.

Seperti yang kita tahu, Korea Selatan sudah menjadi salah satu trendsetter dalam bidang fashion. Ketika aku  masih berada di Indonesia, aku  sering mendengar kalau orang-orang di sana –terutama anak mudanya– sangat menjaga penampilan mereka. Jangan heran ya ketika kamu sedang berada di sana dan kamu bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa perempuan yang memakai rok mini alias di atas lutut. Mereka rela melakukan itu –bahkan rela kedinginan– hanya demi terlihat fashionable.

Selain penampilan tubuh, orang Korea Selatan juga sangat memperhatikan tampilan wajah dan rambutnya. Bahkan, kebanyakan orang Korea memiliki ekspresi wajah yang tidak ramah dan sangat individualis. Demi mempertahankan penampilan wajah yang sempurna, mereka mencoba menahan diri untuk tidak banyak tertawa dan tersenyum.

Hal ini juga kualami sendiri ketika berada di alam kelas. Kebetulan, dosen yang mengajar saat itu adalah seorang pria dengan selera humor yang tinggi. Aku dan teman-teman sekelas pun tertawa terpingkal-pingkal karena gurauannya. Namun, canda dan tawa itu tak berlangsung lama saat salah satu teman yang berasal dari Tiongkok menginterupsi suasana hangat tersebut. “Wah, pipiku sakit karena banyak tertawa hari ini,” ujarnya dalam bahasa Korea sembari memegangi kedua belah pipinya, membuat tawa orang-orang seisi ruang kelas itu perlahan mereda.

Rupanya ia khawatir jika terlalu banyak tertawa, maka akan membentuk garis wajah dari kedua sisi hidungnya hingga ke kedua ujung bibirnya sehingga dapat membuat garis kerutan lain di wajahnya. Sontak, aku  pun berpikir, apa kabar denganku yang setiap harinya tertawa? Hal ini memang tidak pernah terpikirkan olehku –dan mungkin juga bagi sebagian besar orang Indonesia– mengingat bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk teramah di dunia.

Selain itu, Korea Selatan juga dikenal sebagai negara dengan tingkat produktivitas kerja yang tinggi. Tentu saja ini bukan tanpa alasan. Sedari kecil, anak-anak Korea sudah belajar dan merasakan bagaimana kerasnya hidup. Banyak di antara mereka yang dituntut oleh anggota keluarganya –terutama orang tuanya– untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Malahan, ada juga orang tua tak segan menggunakan tradisi lama, yaitu dengan cara fisik untuk mendidik anaknya. Hal itulah yang membuat para kaum muda di sana tertekan, baik di rumah dan di sekolahnya. Sehingga, tak mengherankan jika banyak di antara mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya daripada harus menerima tekanan berat terus-menerus dari lingkungan sekitarnya. Umumnya, fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar di Korea Selatan, terutama di Seoul.

Meskipun demikian, kita sebagai warga Indonesia seharusnya bisa mencontoh semangat belajar dan kerja keras mereka. Pun kita harus bangga karena nama Indonesia cukup dikenal oleh masyarakat Korea Selatan. Pernah suatu hari, di hari pertamaku kuliah saat sesi perkenalan diri,para siswa terlihat asing dengan nama Indonesia. Namun setelah kuperjelas bahwa di Indonesia itu ada Pulau Bali, barulah mereka terlihat antusias. Mereka tahu Pulau Bali dan tidak menyangka sebelumnya kalau Pulau Bali itu ada di Indonesia. Hal yang membuatku bangga lagi adalah ketika mereka ingin mencoba pergi ke Pulau Bali yang sama terkenalnya seperti Pulau Jejudo di Korea Selatan.

Salah satu pencapaian kecil yang membuatku semakin bangga menjadi orang Indonesia adalah ketika beberapa orang Korea yang kukenal –berasal dari Busan–berkeinginan untuk memperdalam kemampuan berbahasa Indonesia. Malahan salah satu dari mereka ada yang pernah berkuliah di Indonesia. Ia pun memintaku untuk mengajarinya Bahasa Indonesia melalui panggilan online di Kakao Talk.

Itulah beberapa fakta mengenai kehidupan di Korea Selatan. Jadi, masihkah kamu berpikir bahwa Korea Selatan itu hanya identik dengan oppa-oppa gantengnya saja?

Penulis: Ulfah Heroekadeyo/Bul
Penyunting: Floriberta Novia Dinda Shafira


*Oppa (sebutan dari perempuan untuk kakak laki-laki)
*Kakao Talk (aplikasi chatting Korea yang banyak digunakan oleh orang-orang Korea)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here